Mohon tunggu...
WIlman Aprilian Nurrahman
WIlman Aprilian Nurrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lahir di Bogor, dan tinggal di Bogor.

Saya adalah seorang Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University dari program Manajemen Agribisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi untuk Kedaulatan Pangan Dalam Negeri

15 Juli 2021   13:48 Diperbarui: 15 Juli 2021   14:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam yang melimpah, termasuk produksi pangan yang tersedia di dalamnya. Namun, kekayaan yang dimiliki oleh negeri ini masih tidak sesuai yang dirasakan rakyatnya. Masalah kemiskinan dan kelaparan masih merajalela karena krisis pangan yang kerap menjadi sebab utamanya. Angka kemiskinan Indonesia masih belum bisa dikatakan rendah, khususnya di wilayah pedesaan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari berita resmi statistik BPS No. 07/01/Th. XXII mengenai profil kemiskinan di Indonesia mencapai 15,54 juta jiwa (13,10%). Data tersebut memang memperlihatkan trend penurunan jika dibandingkan dengan pada Bulan Maret 2018 yang angkanya masih berada pada 15,81 juta jiwa. Namun demikian, bukan berarti persoalan kemiskinan di pedesaan sudah bisa terselesaikan, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan  dalam rangka mengatasi kemiskinan di Indonesia.

Banyak hal yang menyebabkan masalah pangan di Indonesia, terutama pada masalah pangan pokok yaitu beras. Indonesia masih perlu impor beras setiap tahunnya dari negara-negara tetangga. 

Net impor beras mencapai puncaknya sebesar 4,74 juta ton pada tahun 1999 (BPS 1955-2008). Situasi itu disebabkan karena para petani Indonesia yang masih menggunakan teknik-teknik yang tidak optimal dan kurangnya penerapan teknologi untuk menunjang produksi beras di Indonesia. 

Selain itu, masyarakat Indonesia sendiri yang masih sangat bergantung pada beras. Ketergantungan  masyarakat  Indonesia  pada  beras masih  sangat  tinggi  dengan  tingkat  konsumsi mencapai 139 kg/tahun, lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang 45 kg, Malaysia 80 kg, dan  Thailand  90  kg/kapita/tahun  (Briawan  2004).

Pemerintah Indonesia mengklaim telah bekerja keras untuk menunjang swasembada beras sesuai dengan apa yang telah dijanjikan, namun fakta nya kedaulatan pangan saat ini masih jauh dari kenyataan. Pemerintah lebih bisa untuk mengoptimalkan potensi dalam negeri dengan menggunakan teknologi-teknologi yang bisa membantu sektor pertanian Indonesia. 

Hal itu guna untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cukup bagi populasi yang terus meningkat, sehingga swasembada beras akan terpenuhi dan jalur impor pun akan tertutup.

Untuk mengatasi masalah dalam penentuan benih padi, salah satu solusinya   adalah dengan menggunakan klasifikasi data mining, klasifikasi menggunakan metode decision tree dengan algoritme C4.5. Algoritme C4.5 adalah algoritme  yang  membangun  pohon  keputusan  dari  data  dengan  pola re kursif (Arinda, Muhammad Tanzil, dan Fatwa 2019). 

Pemilihan benih padi yang baik akan menghasilkan varietas padi yang unggul untuk di tanam di sawah. Selain itu,  dengan menggunakan teknologi penggiling padi dengan sistem pemecah kulit padi dan pemutihan berasnya menggunakan dua roller karet polimer, kualitas beras yang dihasilkan akan meningkat (Abbas 2010). 

Berbagai inovasi teknologi pertanian termasuk teknologi pascapanen telah dihasilkan dan didiseminasikan kepada para petani, tetapi yang terjadi adalah kesenjangan/gap yang makin melebar antara petani kaya dan petani kecil (Saparita dan Abbas 2009). 

Demi tercapainya asas pemerataan dan keadilan, maka upaya mencukupi kebutuhan bahan pangan melalui berbagai cara atau strategi akan terus digalakkan. Salah satu persoalan pokok yang perlu diperhatikan adalah sampai seberapa jauh teknologi tanaman pangan yang "tersedia" bisa dipandang layak diterapkan (diadopsi) oleh petani di kawasan pedesaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun