"Hai juga Pak" aku menyahut ala kadarnya.
"Kau tidak akan menggunakan hal ini kan dalam persaingan kita?" lanjut Pak Ridwan sambil melirik ke perempuan tadi yang sedang berjalan ke arah pintu keluar.
"Hal apa Pak" aku pun berbasa-basi. Pak Ridwan tampak tersenyum kecut.
"Ah kau ini Harry... pura-pura tidak tahu"
"Ah tidak Pak..." lanjutku. "Biar kita bersaing kinerja saja Pak"
"Oke... saya permisi ya..." Pak Ridwan menutup percakapan singkat kami malam itu.
Walau sempat ragu, ada perasaan sedikit berkobar-kobar dalam diriku. Mungkinkah menggunakan cara ini untuk mengalahkan Pak Ridwan? Sebelum berpikir lebih jauh, tangan-tangan terampilku dengan cepat mengambil gambar pak Ridwan, tepat saat dia merangkul perempuan itu. Tak hanya satu kali tapi aplikasi pengambilan gambar beberapa kali itupun ternyata sangat membantu dalam situasi genting seperti ini.
Untung gawaiku cukup bagus. Bisa mengambil foto dari jauh dan kualitasnya masih sangat baik. Tak percuma banyak aku lihat iklan gambar foto yang dihasilkan kamera tipe gawaiku ini di jalan-jalan. Aku pulang dengan rasa menang. Malam ini tampaknya aku bisa tidur nyenyak.
Dan saat penentuan itu tiba...
Pak Ridwan duluan memaparkan hasil kerjanya. Bagus. Tapi aku yakin aku lebih bagus.
Akupun memaparkan hasil kerjaku. Ternyata tipis sekali di atas hasil Pak Ridwan. Mau tidak mau akhirnya aku keluarkan foto Pak Ridwan bersama perempuan cantik itu. Membuat semacam closing statement.