Di awal wahana ternyata berjalan dengan baik dan lancar namun ternyata sangat plot twist di banding halilintar. Saya di bawa dengan kereta yang berjalan dalam muatan 18 orang kurang lebih, di bawa dengan naik turun hingga merasakan kemiringan dan tentunya wahana ini bisa di bilang hampir sama dengan haliintar bedanya dalam posisi naik tidak separah halilintar dan juga posisi wahana di dalam.
Akhirnya saya mengerti, mengapa orang orang sebelumnya menaiki wahana ini memberikan tepuk tangan ternyata saya mengerti bahwa wahana ini benar benar memberikan kejutan. Dan ternyata kali ini saya merasakan pusing dua kali lipat. Tapi untungnya sempat beristirahat sebentar.
Lalu jam mengarah pukul dua siang pun sepupu menemukan wahana Tornado ternyata mengajakku. Saya menolaknya karena sudah pusing dengan wahana sebelum sebelumnya. Hingga akhirnya sepupuku menaiki wahana itu seorang diri, dalam hati merasa salut namun diriku merasakan ketakutan.
Dalam wahana ini diputar bagaikan sate dan diputar secara 180 derajat dan tentunya sebagai tontonan orang orang yang berada diluar wahana. Saya yang melihatnya pun bahkan rasanya ingin mual karena efek pusing dari beberapa wahana sebelumnya.Â
Namun dari wahana ini saya melihat dari seseorang yang sendalnya terlepas, kerudung yang akan terlepas namun perempuan tersebut langsung memperbaikinya di wahananya, lalu ada anak yang sekiranya masih anak sd menaiki wahana ini namun tubuhnya cukup memadai dalam wahana ini pada awalnya berani hingga diakhir anak ini menangis.
Tetapi hal itu masih mending daripada saya tidak menaiki wahana ini. Namun ternyata saya yang biasanya suka akan ketinggian ternyata hanya cocok pada wahana bianglala ataupun naik gondola yang lebih tenang dibandingkan wahana yang ekstrim yang ada di Dufan.
Setelah sepupu menaiki wahana tornado pun akhirnya kami pun memutuskan pergi ke Dunia Kartun.