[caption id="attachment_162446" align="alignleft" width="300" caption="kepala kerbau dalam proses adat pratin tuo"][/caption] Kato pembuka acara adat, ”Sembah nak kami katokan kepado pucuk jalo tumpuan ikan, rimbo tumpuan hujan gunung tutupan kabut,
Kok pegi tempat anak negri betanyo kok balik tempatnyo berberito.
Sembah nak kami berikan pulo kepado ninik mamak, Atehnyo yo kepalo dusun, yang memegang adat memegang pusako, yang menentukan larek dengan jajo, yang mengajum mengarah anak jantan anak betino, dalam dusun nan sebuah kampung nan sebagi.
[caption id="attachment_162447" align="alignleft" width="300" caption="tokoh adat dan para undangan"]
kok lupo tempat kito betanyo ragu tempat betuik, orang yang dapat meletakkan sesuatu pada tempatnyo.
Yang buto jadi penumbuk lesung yang pekak jadi pelepas bedil, yang lumpuh jadi penunggu rumah, nan ilok pelawan gawe nan kuat pelantak duri,
bekilek ikan dalam lubuk nyo sudah tau pulo jantan betinonyo”.
[caption id="attachment_162462" align="alignleft" width="300" caption="masyarakat yang menyaksikan acara ini"]
sampai kebelakang balai betanak terus menjorok kedapuran.
Tinggi bukit lah didaki dalam lurah lah dituruni, empang batu lah dikalik empang batang lah digabung, begitu jugo teluk sakti rantau betuah laut lepeh lah direnangi,
Selaku tuan rumah kami mengucapkan selamat datang kepado dun sanak segalonyo”. (dilanjukan salam)
[caption id="attachment_162450" align="alignleft" width="300" caption="Kepala dusun sedang memegang siginjai"]
[caption id="attachment_162452" align="alignleft" width="300" caption="penyerahan keris kpd depati sekarang"]
Serah terima keris disini sekaligus sebagai pengukuhan para depati-depati, maksudnya depati lama ke depati yang baru, kepala desa lama ke kepala desa yang baru, begitulah khususnya sejak sistem adat berganti dengan sistem pemerintahan desa seperti saat ini.
[caption id="attachment_162457" align="alignleft" width="300" caption="tokoh adat memegang si gindo kuning"]
Dalam Marga Pratin Tuo ada beberapa depati yang tersebut sebagai berikut;
Depati Pemuncak Alam, tempatnyo di dusun Tuo
Depati Karto Yudo, tempatnyo di dusun Tanjung Berugo, Nilo Dingin dan Sungai Lalang
Depati Penganggun Besungut Emeh, tempatnyo di dusun Koto Rami dan dusun Rancan dan Depati Purbo Nyato, tempatnyo di dusun Tiaro.
ke-7 (tujuh) dusun diatas adalah satu kesatuan wilayah adat Marga Pratin Tuo, sejak masuknya system pemerintahan desa ketujuh dusun ini sekarang menjadi sebagai Desa-desa.
[caption id="attachment_162458" align="alignleft" width="300" caption="Si Gindo Kuning dan Si Ginjai"]
Tabung pertamo isinya yang mengatur tentang mengajum mengarah memegal anak jantan anak betino, cupak dengan gantang.
Tabung keduo isinyo yang mengatur tentang ingat dengan bateh, dimano bateh Marga Pratin Tuo dengan Marga yang lainnyo.
Tabung ketigo isinyo yang mengatur tentang eco dengan pakai dan pantang dengan larang.
Masing-masing dari tabung tersebut memiliki isi semacam surat atau tulisan, secara fisik isi dari masing-masing tabung sudah sangat hancur sehingga tidak bisa terbaca lagi, namun secara umum masing-masing tabung berisi maksud dan tujuan seperti diatas.
[caption id="attachment_162460" align="alignleft" width="300" caption="Si Kain Panjang"]
Kain batik berwarna merah ini umurnya sudah hampir 700 tahun lho,. menurut tokoh adat setempat kain panjang ini bercorak ‘Bungo Durian Jatuh’, pokoknya kren dan gak mati gaya dengan corak kain sekarang, kain panjang ini berfungsi sebagai pelapis atau bungkus Si Ginjai dan Si Gindo Kuning, namun karena dimakan usia Si Kain Panjang mulai mengalami robek dibeberapa sisi, maklum hampir 7 abad gituloh,.
udah brapa generasi ya? Karena kondisi tersebut sekarang ini Si Ginjai, Si Gindo Kuning dan Si Kain Panjang disimpan dalam sebuah peti.
Prosesi adat ini dalam bahasa keadatan disebut dengan ‘Penurunan Pusako atau Turun Pusako’ biasanya acara ini dilakukan sekali dalam setahun, dengan 100 gantang beras dan seekor kerbau, maklum prosesi ini akan dihadiri masyarakat dari berbagai desa atau wilayah khususnya tujuh desa yang menjadi wilayah marga pratin tuo. Biasanya dalam prosesi ini masyarakat akan mengetahui apakah Si Ginjai dalam kondisi berkarat, kotor atau bersih, jika Si Ginjai bersih itu pertanda daerah dan kehidupan masyarakat setempat akan baik-baik saja, begitupula sebaliknya.
Si Ginjai atau barang-barang pusako ini diturunkan terakhir pada bulan September 2011 lalu, dan menurut tokoh adat kondisinya dalam keadan bersih, semoga itu pertanda baik bagi kehidupan masyarakat dan daerah disana ya,..amiiiiiinnn !
Ok bro ini dulu ya ! Semoga bermanfaat dan semoga juga Si Ginjai selalu dalam keadaan bersih,.
[caption id="attachment_162461" align="alignleft" width="300" caption="corak si kain panjang"]
Manatau ada secercah harapan disini,.xixixixixixi,.
Akhirn kata,
“Tanam pinang rapat-rapat agar puyuh tak dapat lari, jawablah salam dengan semangat agar kita jadi masyarakat islami,
Assaalaimulaikum waraohmatullahi wabarokatuuu”,.!
By ; willy azan fesbuker,
email willy_jambi@yahoo.com,
kontak +62 852 73739383
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H