Mohon tunggu...
William WijayaKurniawan
William WijayaKurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

menulis dengan data yang aktual dan menarik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menemukan Kebahagiaan: Meninggalkan Kebiasaan Berpikir Negatif

26 September 2024   07:50 Diperbarui: 26 September 2024   07:54 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketujuh, kebiasaan berpikir personalisasi, ini semua salah saya. Kebiasaan ini mengandaikan bahwa dirinya adalah pemegang tanggungjawab atas permasalahan yang terjadi bahkan hal-hal yang tidak dapat dikendalikan sekalipun. Manusia yang berpikir seperti ini membatasi kelebihan-kelebihan dalam dirinya. Ketika ada yang salah, ia mengatakan bahwa ialah yang salah. Cara melawan kebiasaan berpikir ini adalah dengan membebaskan diri dari rasa bersalah. Manusia perlu membebaskan dirinya dari perasaan bersalah. 

Kedelapan, kebiasaan berpikir tenggelan dalam emosi, saya merasa, maka itu pasti nyata. Manusia terkadang menyimpulkan sesuatu berdasarkan perasaannya sendiri. Perasaan itu merupakan respon spontan dari diri kita setelah manusia mengalami sesuatu kejadian. Lagi dan lagi apa yang dirasakan manusia belum tentu benar. Ia hanya mempersepsikan sesuatu berdasarkan pengalaman pribadinya. Baik bagi kita untuk tidak terlalu percaya pada pikiran dan perasaan kita sendiri.

Kesembilan, kebiasaan berpikir melompat ke kesimpulan, penghakiman lebih cepat dari penjelasan. Manusia sering menghakimi seseorang tanpa ingin mengetahui penjelasan dari orang lain. Bukti-bukti yang ada pun bisa jadi keliru, namun dianggap benar. Cara melawan kebiasaan ini adalah dengan memahami semuanya dengan rinci. Kita perlu mengumpulkan bukti-bukti objektif dan bersabar untuk mengetahui fakta lainnya agar kita dapat membentuk suatu kesimpulan yang kuat dan benar.

Kesepuluh, kebiasaan berpikir ruminasi, terjebak dalam pikiran. Kebiasaan berpikir seperti menenggelamkan kita pada hal-hal yang tidak bisa kita ubah. Manusia sering berpikir "Seandainya dulu aku begitu, pasti kejadian ini tidak akan terjadi". Kebiasaan berpikir seperti ini biasanya mengulang dan mengganggu diri kita. Kita terbelenggu dengan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi kita. 

Kebiasaan berpikir negatif perlu dibenahi. Kebiasaan berpikir seperti ini mengotomatisasi pikiran manusia sehingga ia sering berpikir hal negatif ketika mengalami suatu peristiwa. Pikiran ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Manusia perlu menyadari secara sungguh pikirannya sendiri, bagaimana cara manusia menanggapi suatu permasalahan.

Kebiasaan berpikir negatif justru menghilangkan kebahagiaan manusia. Bayangkan saja peristiwa positif bisa dianggap negatif ketika manusia menggunakan kacamata negatif. Pikiran sangat memengaruhi tanggapan kita terhadap suatu peristiwa. Kebahagiaan manusia bisa saja dirampas oleh pikiran negatif karena yang negatif tetaplah negatif. Ia bisa membawa bencana bagi kehidupan manusia. 

Kelebihan Buku

Penulis telah menyampaikan gagasannya dengan runtut dalam buku Merawat Luka Batin. Penulis memberikan konteks atas topik pembahasan yang ingin dibahasnya. Dokter spesialis kesehatan jiwa ini menjabarkan konteksnya dengan begitu detail sehingga pembaca mudah memahaminya. Jiemi juga membagikan berbagai contoh konkret agar pembaca mudah memahami gagasan penulis. Penulis tidak hanya memberikan konteks saja, tetapi ia juga menyertakan langkah-langkah konkret agar manusia terbebas dari depresi, topik pembahasan penulis. 

Kekurangan Buku

Judul buku kurang memiliki korelasi dengan isi buku. Judulnya adalah merawat luka batin, sedangkan isinya membahas persoalan tentang depresi. Jiemi memang mencantumkan beberapa contoh dari penjelasan yang ia tuliskan. Namun, dalam beberapa contoh yang diberikan, terdapat penjelasan yang kurang runtut sehingga pembaca tidak dapat memahami maksud dari contoh tersebut.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun