Sebuah tinjauan besar terhadap 29 penelitian pada 11.306 orang menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C secara teratur dengan dosis rata-rata 1-2 gram per hari mengurangi durasi pilek sebesar 8% pada orang dewasa dan 14% pada anak-anak.
Menariknya, ulasan tersebut juga menunjukkan bahwa mengonsumsi suplemen vitamin C secara teratur mengurangi kejadian flu biasa pada individu di bawah tekanan fisik tinggi, termasuk pelari maraton dan tentara, hingga 50%.
Selain itu, pengobatan vitamin C intravena dosis tinggi telah terbukti secara signifikan meningkatkan gejala pada orang dengan infeksi berat, termasuk sepsis dan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) akibat infeksi virus.
Secara keseluruhan, hasil ini mengkonfirmasi bahwa suplemen vitamin C dapat secara signifikan mempengaruhi kesehatan kekebalan tubuh, terutama pada mereka yang tidak mendapatkan cukup vitamin melalui makanan mereka.
Batas atas vitamin C adalah 2.000 mg. Dosis harian tambahan biasanya antara 250 dan 1.000 mg.
Kesimpulan
Banyak suplemen di pasaran dapat membantu meningkatkan kesehatan kekebalan tubuh. Vitamin D, Seng, dan Vitamin C hanyalah beberapa zat yang telah diteliti potensinya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dalam melawan COVID-19.
Namun, meskipun suplemen ini mungkin menawarkan sedikit manfaat untuk kesehatan kekebalan tubuh, mereka tidak boleh dan tidak dapat digunakan sebagai pengganti gaya hidup sehat.
Dengan diet seimbang yang padat nutrisi, cukup tidur, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan tidak merokok (atau mempertimbangkan untuk berhenti, jika Anda merokok) adalah beberapa cara terpenting untuk membantu menjaga sistem kekebalan Anda tetap sehat dan mengurangi peluang Anda dari infeksi dan penyakit.
Baca juga: "5 Upaya Pencegahan Covid-19 Selagi Aktivitas Sehari-hari Semakin Intensif"
Jika Anda memutuskan ingin mencoba suplemen, bicarakan dengan profesional kesehatan terlebih dahulu, karena beberapa suplemen dapat berinteraksi dengan obat tertentu atau tidak sesuai untuk sebagian orang.
Selain itu, ingatlah bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa salah satu dari mereka dapat melindungi dari COVID-19 --- meskipun beberapa di antaranya mungkin memiliki sifat antivirus.