Sampai penelitian yang sedang berlangsung tentang ivermectin dapat menentukan potensi antivirus dan profil keamanannya dengan pasti, orang yang putus asa untuk melindungi diri mereka sendiri akan terus mengobati sendiri dengan jumlah dan bentuk obat yang berbahaya.
Tapi itu tidak berarti menyetujui penggunaan ivermectin adalah jawabannya.
Perdebatan ivermectin telah menyoroti perbedaan dalam akses ke vaksin dan perawatan Covid-19 untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Baca juga:
"Mengenali Gejala Covid-19 Varian Delta yang Mirip dengan Sakit Pilek"
"Bagi Muslim yang Khawatir terhadap Halal-Haram Vaksin: Ada Banyak Alasan Religius untuk Tetap Vaksinasi"
Konsekuensi dari ketidaksetaraan perawatan kesehatan global jelas: jika vaksin yang menyelamatkan jiwa tidak tersedia, orang akan terdorong untuk mengambil tindakan sendiri, termasuk dengan mengonsumsi ivermectin -- dengan hasil yang berpotensi menjadi bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H