"Data uji klinik yang cukup untuk membuktikan khasiat Ivermectin dalam mencegah dan mengobati Covid-19 hingga saat ini belum tersedia. Dengan demikian, Ivermectin belum dapat disetujui untuk indikasi tersebut," demikian pernyataan BPOM seperti yang dikutip dari situs resminya oleh kompas.com, Selasa (22/6/2021).
Saat ini, izin edar Ivermectin yang diberikan BPOM adalah sebagai obat cacing bukan untuk digunakan sebagai obat covid-19.
"Ivermectin kaplet 12 mg terdaftar di Indonesia untuk indikasi infeksi kecacingan (Strongyloidiasis dan Onchocerciasis). Ivermectin diberikan dalam dosis tunggal 150-200 mcg/kg Berat Badan dengan pemakaian satu tahun sekali," demikian penjelasan BPOM.
Ivermectin termasuk jenis obat keras, sehingga pembeliannya harus dengan resep dokter dan penggunaannya di bawah pengawasan dokter.
Sebagai tindak lanjut untuk memastikan khasiat dan keamanan penggunaan Ivermectin dalam pengobatan COVID-19 di Indonesia, akan dilakukan uji klinik di bawah koordinasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, serta Kementerian Kesehatan RI dengan melibatkan beberapa Rumah Sakit.
Ivermectin: bukti kuat masih kurang selagi permintaan melonjak
Di Amerika Latin, rekomendasi luas antiparasit sebagian besar didasarkan pada temuan dalam pracetak yang sekarang ditarik oleh perusahaan analitik kesehatan Surgisphere, yang menjadi jelek setelah data Covid-19 ditemukan sebagian besar tidak dapat diandalkan.
Meskipun Peru membatalkan penyertaan ivermectin dalam pedoman pengobatan virus corona nasional setelah skandal itu, beberapa negara lain di kawasan itu terus merekomendasikannya.
Permintaan ivermectin sebagai pencegahan Covid-19 telah melonjak di negara-negara seperti Bolivia , di mana petugas kesehatan Mei lalu mendistribusikan 350.000 dosis ke penduduk di bagian utara negara tersebut.
Seorang mantan menteri kesehatan Peru mengatakan kepada Nature bahwa uji klinis yang menyelidiki penggunaan ivermectin di wilayah selatan Amerika Latin kesulitan merekrut peserta tahun lalu karena sebagian besar penduduk sudah menggunakan obat tersebut.
Negara -- negara Amerika Latin memiliki beberapa tingkat kematian Covid-19 terburuk di dunia, dan kemiskinan yang meluas telah diperburuk oleh pandemi.
Dengan program vaksinasi yang lambat diluncurkan di beberapa bagian wilayah, tidak mengherankan bahwa orang ingin menemukan cara murah untuk mengatasi virus, bahkan jika bukti klinis yang mendukung penggunaannya sangat tipis.