Namun, ia sudah terlanjur jatuh cinta pada kebudayaan Jawa.
Ketika belajar di Jakarta, Tik Swan sering berkunjung ke rumah Prof. Poerbatjaraka.
Di sana, Tik Swan berlatih menari Jawa dalam perayaan Dies Natalis Universitas Indonesia.
Ia bersama rombongannya diundang menari di istana.
Tariannya sempat membuat Presiden Soekarno sangat terkesan karena Tik Swan memang menari dengan sangat bagus, sementara boleh dikatakan tidak ada keturunan Tionghoa yang tertarik untuk menari Jawa.
Tik Swan pun saat itu sudah menggunakan nama Hardjono.
4. Pelopor Batik Indonesia
K.R.T. Hardjonagoro sendiri dikenal di industri batik karena kedekatannya dengan presiden Republik Indonesia (RI) pertama, yaitu Soekarno.
Awalnya, Bung Karno yang baru mengetahui bahwa Tik Swan, sosok yang biasa menari di Istana Negara, ternyata berasal dari keluarga pembatik.
K.R.T. Hardjonagoro lantas diminta untuk menciptakan "batik Indonesia", batik dengan pola dan warna unik dan beragam, sekitar tahun 1957
Ia tergugah, lalu pulang ke Solo untuk mendalami segala sesuatu tentang batik, termasuk sejarah dan falsafahnya.
Hubungannya yang akrab dengan keluarga kraton Solo memungkinkan Tik Swan Hardjono belajar langsung dari ibunda Susuhunan Paku Buwana XII yang memiliki pola-pola batik pusaka.