Sejak kecil Go Tik Swan biasa bermain di antara para tukang cap, dengan anak-anak yang membersihkan malam dari kain, dan mencucinya.
Mereka yang membubuhkan warna coklat dari kulit pohon soga, dan orang-orang yang menulisi kain dengan canting.
Ia juga senang mendengarkan mereka menembang dan mendongeng tentang Dewi Sri dan berbagai cerita tradisional Jawa.
Dari mereka, ia belajar mengenal mocopat, pedalangan, gending, Hanacaraka, dan tarian Jawa.
Tidak jauh dari rumah kakeknya, tinggallah Pangeran Hamidjojo, putra Paku Buwana X, seorang indolog lulusan Universitas Leiden dan juga penari Jawa klasik.
Di rumah sang pangeran selalu diadakan latihan tari yang sejak awal sudah mempesona Tik Swan.
Sementara itu Pangeran Prabuwinoto membangkitkan minat Go Tik Swan pada karawitan Jawa.
3. Cinta kebudayaan Jawa
Tik Swan dikirim bersekolah di Neutrale Europesche Lagere School bersama warga kraton, anak-anak ningrat, anak-anak pemuka masyarakat, dan anak-anak pembesar Belanda.
Seusai perang, Tik Wan belajar di MULO Semarang. Ia lulus dari VHO Voortgezet Hooger Onderwijs (VHO) di Semarang.
Orangtuanya menginginkan Tik Wan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Baca juga:Â "Mengenal "Dokter Marie Thomas" yang Muncul pada Google Doodle"
"Empang Raksasa Jakarta hingga Google Doodle Bang Ben"