"Saya memberi tahu saudara laki-laki saya tempo hari: 'Ingat ketika saya terlihat senang duduk di bangku dan semua ini?' Saya tidak ingin bermain karena konsentrasi saya lenyap."
Sebagaimana pengakuan Lingard, "Saya tidak fokus sama sekali. Saya sedang memikirkan hal-hal lain dan memendam semuanya; jelas, ketika mencoba bermain sepak bola, Anda tidak bisa melakukannya."
Ibu Lingard didiagnosa mengalami depresi hampir sepanjang hidupnya dan menerima perawatan di London tahun lalu yang berarti gelandang United itu menjaga adik laki-laki dan perempuannya saat bermain - situasi yang dia akui sulit.
"Rasanya kamu bukan orang yang sama. Saya merasa seperti saya bukan Jesse Lingard."
"Bahkan ketika di tengah pertandingan, saya merasa sepak bola itu tidak ada, seperti saya tidak ingin berada di sana - itu gila ..."
"Jadi, saya membuka diri kepada klub (Manchester United) dan memberi tahu mereka apa yang saya alami, apa yang ibu saya sedang melalui dan mereka selalu ada untuk membantu," ucap Jesse Lingard dalam wawancaranya.
Lingard menjadi pemain reguler bagi Man United di bawah asuhan Ole Gunnar Solskjaer hingga musim lalu, tetapi jarang tampil setelah Natal karena kesulitannya di luar lapangan.
Pemain yang bergabung dengan akademi Manchester United saat berusia tujuh tahun percaya bahwa lockdown Covid-19 yang pertama menjadi titik balik kesehatan mentalnya.
"Saya bisa saja menstop karier saya saat lockdown terjadi (pada Maret 2020), dengan pikiran saya berkata 'Nah, saya tidak ingin melakukannya (bermain bola)'," ucap Lingard.
"Saya bisa saja dengan mudah menyerah tetapi pertarungan dalam diri saya selalu menghidupkan saya kembali dan saat lockdown, saya memilih untuk berangkat ke gym dan berlari."