KRI Nanggala-402 dikabarkan hilang pada Rabu (21/4/2021) pagi.
Kapal selam buatan Jerman tahun 1978 itu diperkirakan hilang di perairan sekitar 60 mil atau sekitar 95 kilometer dari utara Pulau Bali.
Pencarian atas hilangnya KRI Nanggala 402 terus dilakukan oleh TNI AL yang juga telah meminta bantuan Indonesia meminta bantuan Singapura dan Australia yang memiliki kapal penyelamat kapal selam.
KRI Nanggala-402 merupakan satu dari lima kapal selam yang dioperasikan oleh Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Laut (TNI-AL)
Bagaimana kondisi satuan kapal selam yang dimiliki Indonesia?
Berikut fakta - faktanya.
Gambaran Umum Kapal Selam Indonesia
Angkatan Laut Indonesia, yang juga dikenal sebagai TNI-AL, mengoperasikan dua kelas kapal selam Tipe 209/1300 kelas Cakra yang lebih tua beserta tiga kapal Tipe 209/1400 kelas Nagapasa.
Kelima kapal selam disebar mengikuti arahan dari komando Pusat menghubungkan tiga armada utama Indonesia: Armada Barat di Jakarta, Armada Tengah di Makassar, dan Armada Timur di Sorong.
Baca juga: "Kapal Selam Pertama Hasil Rakitan Indonesia" oleh Azahra kinanti putri
Jenis Kapal Selam Indonesia
- Total Kapal Selam di Armada: 5 *
- Kapal Selam Rudal Balistik (SSBN): 0
- Kapal Selam Bertenaga Nuklir (SSN): 0
- Kapal selam serang diesel-listrik (SSK): 5
- Propulsi independen udara (AIP) diaktifkan: 0
Sejarah Kapal Selam Indonesia
Indonesia pernah mengoperasikan kapal selam yang terdiri dari 12 kapal kelas Whiskey yang dibeli dari Uni Soviet pada 1960-an dan 70-an.
Namun, pada hari -- hari ini, Indonesia hanya mengoperasikan lima kapal selam.
Indonesia telah menyatakan minatnya untuk memperoleh lebih banyak kapal selam untuk melindungi kepentingan nasional dan menjaga sumber daya dan jalur laut.
Pada tahun 2006, Agence France-Presse melaporkan bahwa Indonesia sedang mempertimbangkan untuk membeli total 12 kapal selam dari Rusia, Korea Selatan, atau China. Karena keterbatasan anggaran, pengadaan ini tidak terwujud; Meski demikian, petinggi TNI-AL tetap mengutarakan aspirasi untuk armada kapal selam yang besar.
Pada tahun 2010 Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Wakil Laksamana Marsetio menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia membutuhkan 39 kapal selam lagi untuk melindungi wilayah laut negara yang luas dari ancaman eksternal.
Laporan media yang mengutip Rencana Strategis Pertahanan Indonesia 2024 mencatat bahwa dokumen tersebut bertujuan untuk memiliki kemampuan setidaknya 10 kapal selam.
Modernisasi dan Kemampuan Kapal Selam Indonesia Saat Ini
Sejak akhir 1990-an, Indonesia terus memodernisasi berbagai aspek struktur militernya, termasuk alutsista.
Kapal selam kelas Cakra, termasuk KRI Nanggala-402, yang telah dikomisikan sejak 1981 menjalani perbaikan besar pada kesempatan yang berbeda, awalnya oleh HDW dan kemudian oleh Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) Korea Selatan.
Perbaikan ini menghasilkan modernisasi sistem propulsi serta sistem deteksi dan navigasi. Selain itu, DSME menambahkan sistem kendali tembakan dan tempur baru.
Pada bulan Desember 2011, Kementerian Pertahanan Indonesia menandatangani kontrak senilai $ 1,1 miliar dengan DSME untuk menambah Angkatan Lautnya dengan tiga kapal selam serang diesel-listrik Tipe 209/1400 pada tahun 2020.
Dua dari kapal tersebut, yang diberi nama kelas Nagapasa, dibangun di Korea Selatan.
Nagapasa (403) diluncurkan pada 24 Maret 2016 di Galangan Kapal Daewoo dan dikirim pada 2017, sedangkan KRI Ardadedali (404) diluncurkan pada 24 Oktober 2016 di Galangan Kapal Daewoo dan ditugaskan pada April 2018.
BUMN Perseroan Terbatas Penataran Angkatan Laut (PT-PAL) membangun kapal ketiga yang diluncurkan pada bulan April 2019.
Baca juga: "Kapal Selam Rakitan Indonesia Dipuji Korsel, Siap Diresmikan" oleh Ruang Berbagi
Pada awal April 2013, TNI AL membuka Pangkalan Angkatan Laut Palu di Palu, Sulawesi Tengah untuk dijadikan sebagai pangkalan utama kapal selam TNI AL.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetio menjelaskan bahwa Pangkalan Angkatan Laut Palu memiliki posisi yang baik untuk memproyeksikan kekuatan Indonesia di wilayah Ambalat, yang terletak hanya 550 km dan merupakan tempat sengketa wilayah yang sedang berlangsung dengan Malaysia.
Pada 28 September 2018, tsunami melanda Sulawesi, merusak Pangkalan Angkatan Laut dan menghentikan rencana untuk penyiagaan kapal selam kelas Nagapasa.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa pengadaan tahap dua berupa 3 kapal selam dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) mengalami penjajakan ulang dan belum menemui titik terang apakah akan dilanjutkan atau tidak.
Biografi Kapal Selam Indonesia
Kelas Cakra (Tipe 209/1300)
Indonesia memiliki dua kapal selam serang diesel-listrik kelas Cakra, termasuk KRI Nanggala-402. Kapal selam ini memiliki panjang 59,5 meter dengan lebar lebar 6,2 meter dan dapat melakukan perjalanan hingga 21,5 knot saat terendam.
Mereka dapat tetap terendam selama sekitar 50 hari tanpa muncul ke permukaan. Sistem persenjataan mereka mampu menembakkan torpedo.
Kelas Nagapasa (Tipe 209/1400)
Indonesia memiliki tiga kapal selam serang diesel-listrik Kelas Nagapasa. Kapal selam ini memiliki panjang 61 meter dengan lebar 6,3 meter dan dapat melakukan perjalanan hingga 21,5 knot saat terendam.
Mereka dapat tetap terendam selama sekitar 50 hari tanpa muncul ke permukaan. Sistem persenjataan mereka dapat menembakkan rudal dan torpedo anti-kapal.
Kondisi Impor dan Ekspor Kapal Selam
Impor
Indonesia telah mengimpor kapal selam dari Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW) Jerman dan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korea Selatan.
Ekspor
Indonesia bukan pengekspor kapal selam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H