Dua dari kapal tersebut, yang diberi nama kelas Nagapasa, dibangun di Korea Selatan.
Nagapasa (403) diluncurkan pada 24 Maret 2016 di Galangan Kapal Daewoo dan dikirim pada 2017, sedangkan KRI Ardadedali (404) diluncurkan pada 24 Oktober 2016 di Galangan Kapal Daewoo dan ditugaskan pada April 2018.
BUMN Perseroan Terbatas Penataran Angkatan Laut (PT-PAL) membangun kapal ketiga yang diluncurkan pada bulan April 2019.
Baca juga: "Kapal Selam Rakitan Indonesia Dipuji Korsel, Siap Diresmikan" oleh Ruang Berbagi
Pada awal April 2013, TNI AL membuka Pangkalan Angkatan Laut Palu di Palu, Sulawesi Tengah untuk dijadikan sebagai pangkalan utama kapal selam TNI AL.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetio menjelaskan bahwa Pangkalan Angkatan Laut Palu memiliki posisi yang baik untuk memproyeksikan kekuatan Indonesia di wilayah Ambalat, yang terletak hanya 550 km dan merupakan tempat sengketa wilayah yang sedang berlangsung dengan Malaysia.
Pada 28 September 2018, tsunami melanda Sulawesi, merusak Pangkalan Angkatan Laut dan menghentikan rencana untuk penyiagaan kapal selam kelas Nagapasa.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa pengadaan tahap dua berupa 3 kapal selam dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) mengalami penjajakan ulang dan belum menemui titik terang apakah akan dilanjutkan atau tidak.
Biografi Kapal Selam Indonesia
Kelas Cakra (Tipe 209/1300)
Indonesia memiliki dua kapal selam serang diesel-listrik kelas Cakra, termasuk KRI Nanggala-402. Kapal selam ini memiliki panjang 59,5 meter dengan lebar lebar 6,2 meter dan dapat melakukan perjalanan hingga 21,5 knot saat terendam.
Mereka dapat tetap terendam selama sekitar 50 hari tanpa muncul ke permukaan. Sistem persenjataan mereka mampu menembakkan torpedo.
Kelas Nagapasa (Tipe 209/1400)
Indonesia memiliki tiga kapal selam serang diesel-listrik Kelas Nagapasa. Kapal selam ini memiliki panjang 61 meter dengan lebar 6,3 meter dan dapat melakukan perjalanan hingga 21,5 knot saat terendam.