Serangan teror sengaja dirancang untuk menakut-nakuti individu dan membuat sekelompok orang takut akan keselamatan komunitas mereka dan orang yang mereka cintai.
Aksi terorisme tentu acak, tidak dapat diprediksi awam, dilakukan secara sengaja oleh pelakunya dan sering menargetkan individu yang tidak berdaya.
Saat peristiwa ini terjadi, wajar kita merasa cemas dan khawatir tentang masa depan, apalagi ketika peristiwa ini terjadi mendekati hari raya seperti Paskah dan Puasa yang seharusnya membawa suka cita.
Kita patut mengapreasiasi bahwa setelah serangan terorisme ke Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri, pesan relevan muncul lagi masyarakat kita kepada siapa pun yang bertanggung jawab atas serangkaian serangan teroris mematikan di negara ini jelas dan keras: Kami tidak takut.
Baca juga: Fakta Sementara Aksi Serangan di Mabes Polri: Diduga Wanita, Dilumpuhkan di Dekat Ruang Kapolri sebagai bagian dari Liputan Khusus kompas.com "Mabes Polri Diserang"
Pesan #KamiTidakTakut tidak sekedar unjuk keberanian, namun juga harus dipersiapkan secara matang.
Menurut American Psychological Association, membangun kekuatan mental kita dalam menyikapi eksposur secara langsung maupun tidak langsung akan aksi teror dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut.
Mengatasi rasa takut dengan membangun ketahanan mental
Ketahanan mental adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan baik terhadap perubahan dan peristiwa yang tidak terduga.
Memiliki ketahanan mental dapat membantu orang melalui kesusahan dan ketidakpastian.
Banyak dari keterampilan ini merupakan bahan penting untuk menciptakan gaya hidup sehat. Mempersiapkan ketahanan mental dapat ikut meningkatkan kesejahteraan emosional, fisik, dan spiritual Anda.