Ada saat ketika peran Sergio Aguero begitu menentukan capaian dari Manchester City. Rasanya sangat berbeda sekarang dan semua berkulminasi kepada perpisahan diantara keduanya.
Manchester City dapat mengamankan 4 gelar di akhir musim 20-21 (Gelar Liga Inggris, Piala FA, Piala Liga, dan Liga Champions Eropa) tanpa peran dominan dari pencetak gol terbanyak sepanjang masa mereka.
Nyata bahwa Aguero tidak lagi bisa mereplikasi performa seperti musim -- musim sebelumnya.
Hanya bermain empat kali sepanjang musim 20-21, Sergio Aguero baru mencetak gol liga pertamanya dalam 14 bulan pada 14 Maret yang lalu.
Wajar kemudian Man City lepas Sergio Aguero di akhir musim nanti.
Suatu argumen bahwa Sergio Aguero bisa saja mencetak gol lebih banyak andai tidak diganggu cedera otot sporadis yang dideritanya selama berkarir di Etihad. Suatu fakta bahwa Sergio membutuhkan menit di lapangan untuk mendapatkan kembali ketajamannya.
Namun, setelah episode ketidakhadiran yang panjang selama setahun terakhir, Aguero menyaksikan dari bangku cadangan bagaimana Pep Guardiola berhasil meramu Manchester City untuk menjadi mesin sepak bola yang tidak terhentikan tanpa memerlukan kehadirannya.
Guardiola menjadikan Manchester City sebagai tim tanpa penyerang tengah ortodoks, ditunjang oleh gelandang serang Kevin De Bruyne, Raheem Sterling, Bernardo Silva, Phil Foden dan Ilkay Gundogan yang secara bergantian bermain sebagai 'false nine'.
Mereka dengan nyaman berbagi peran selagi penyerang tengah seperti Gabriel Jesus menyesuaikan diri dengan skema baru agar diberi menit bermain.
Semua ini membuat Aguero hanya sekedar pernak pernik di pinggir lapangan sejak kembali dari ruang perawatan.