Deros tambah berani dengan keunikannya dan makin optimis. Sembari terus mempertajam pemikiran dan dituangkan dalam bentuk tulisan.
Tetapi di tengah derasnya aliran menguatkan kemauan, sebagai santri Deros juga harus tetap memperhalus perasaan agar ilmu pengetahuan dan agama dapat jalan beriringan.
Saat memasuki jenjang Aliyah lewat hobi membaca dari berbagai referensi, timbul ketertarikan Deros pada ilmu komputer. Diam-diam, ia belajar secara otodidak. Hingga anak tunggal ini, sempat membuka usaha perakitan komputer.
Menjelang lulus, Deros bercita-cita untuk kuliah di Malaysia mengambil jurusan Teknik Informatika (IT). Namun apa daya, keinginannya harus dibatalkan karena orang tua tak miliki uang lebih untuk  membiayainya sekolah di negeri Jiran.
Gagal melanjutkan ke bangku kuliah jurusan IT,  membuat Deros  yang telah lulus jenjang Aliyah sempat 'tenggelam' dalam banjir keraguan akan masa depan. Semuanya tampak sirna, seakan tak ada harapan untuk menapak ke depan.
Di tengah kesunyian hidup, ia teringat akan perjuangan Ibu dan Bapak nya yang telah bersusah payah menyekolahkan dia hingga lulus. Deros lalu membuka diri dengan mulai melayangkan pilihan hanya untuk apa yang tampaknya mungkin atau masuk akal.
Alhasil niat berbuah hasil. Ada jalan keluar bagi orang yang punya pengharapan. Deros lalu diutus untuk mencoba mendaftar ke Mahasiswa Baru Universitas Islam Negeri (PMB UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tahun 2006 lewat jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK).Â
Uniknya lagi Deros diterima hanya karena penguji membaca tulisan-tulisannya di buletin Suara Santri.
"Jadi saya lulus tanpa tes macam-macam. Penguji cuman lihat tulisan saya di buletin Suara Santri langsung lulus. Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia Allah SWT," ungkap pria penulis buku berjudul 32 Tahun Jejak Pengabdian KH. Nurul Anwar itu.
        Â
Bergelut Dalam Dunia Wartawan