Mohon tunggu...
Willibrodus Nafie
Willibrodus Nafie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Doa Terbaik Adalah Melakukan Kebaikan

Setia Melakukan Perkara Kecil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gagal Jadi Pakar IT, Deros Justru Bangkit Jadi Wartawan Handal dan Penulis Buku

22 Januari 2022   17:17 Diperbarui: 22 Januari 2022   22:39 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dede Rosyadi Alias Deros

Tinggalkan Komik Petruk Beralih ke Koran

H. Mursyid dan Hj. Askanah mulai mempersiapkan  Deros yang sudah mendekat usia remaja agar memiliki masa depan yang lebih baik. Karena keduanya percaya bahwa pendidikan adalah satu-satunya tiket ke masa depan yang lebih menjanjikan bagi Deros.

Setelah lulus sekolah dasar, Bapak Ibunya memasukan Deros ke Pondok Pesantren Attaqwa Bekasi KH. Noer Alie.  Di sini Deros mulai menebalkan wawasannya, sekaligus menyalakan api pikiran yang konstruktif.

Media bacanya itu pun berubah, dari yang awalnya Komik Petruk bertransformasi ke koran. Niat awalnya adalah berusaha mencaritahu dunia luar lewat kebiasaan barunya itu.

"Saat teman-teman di pesantren baca Kitab Kuning saya malah baca koran. Setiap pagi saya pasti sisihin uang jajan untuk beli koran. Waktu itu koran  harganya sekitar Rp 2000," kenang putra asli Betawai itu, awal mulai membaca koran saat baru menjadi santri.

Foto: Dede Rosyadi Alias Deros
Foto: Dede Rosyadi Alias Deros

Teguran Berujung Dewi Fortuna

Waktu terus berlalu, Deros semakin sadar bahwa sesungguhnya yang menginginkan dunia dan akhirat, hendaklah berilmu. 

Deros kemudian membuat buletin bernama Suara Santri. Tulisan dalam buletin sangat berwarna, tidak sepenuhnya bernuansa Islami. Hal ini membuat Deros ditegur pimpinan pondok pesantren.

Teguran itu tak membuat Deros patah arang, namun semakin mempertebal keyakinannya bahwa kebutuhan manusia terhadap ilmu jauh lebih besar daripada kebutuhan makan dan minum. 

Jadi baginya ilmu agama dan pengetahun sama-sama dibutuhkan dalam setiap hembusan napas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun