Orang tuanya hanya mampu menyekolahkan Joni hingga bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), tak bisa melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) lantaran keterbatasan biaya.
Joni berkata sudah berulang kali melamar kerja sebagai seorang Barista di sejumlah kedai kopi yang ada di Kota Bogor. Tetapi, selalu kandas karena ia hanya jebolan SMP.
"Rata-rata selalu mintanya ijazah SMA. Â Saya ada keahlian tetapi ijazah SMA enggak ada cuman tamatan SMP," ungkap Joni saat mengobrol dengan saya.
Begitu mendengar cerita Joni, saya teringat dengan ada kata bijak yang mengatakan seperti ini "Jangan pernah menyerah ketika Anda masih mampu berusaha lagi.Â
Tidak ada kata berakhir sampai Anda berhenti mencoba" ternyata itu ada dalam dirinya.
Setelah lama berbincang dan mengamati attitude, saya memutuskan menerima Joni untuk bekerja.Â
Saya percaya kegagalan berulang-ulang membuat seseorang menjadi lebih berpengalaman. Karena tanpa kerja keras semua kehidupan seakan 'membusuk' alias tak ada artinya.
Pengelaman sederhana ini, menjadi bahan refleksi penulis. Di tengah periode pendek renungan terlintas membandingkan kondisi Joni dengan fenomena yang terjadi saat ini.
Banyak oknum lulusan perguruan tinggi terkemuka di republik ini bahkan jebolan luar negeri ketika dipercaya untuk  menjabat, justru korupsi. Bahkan ada yang tega merampok hak rakyat dalam bantuan sosial Covid-19.
Dari rangkuman penulis tercatat sejumlah pejabat yang notabenenya berpendidikan tinggi namun bermental koruptor dan ditangkap KPK saat pandemi Covid-19.
1. Juliari Batubara
Juliari merupakan  menempuh pendidikan di Riverside City College dan Chapman University di Amerika Serikat. Saat menjabat sebagai Menteri Sosial, dia terjerat kasus korupsi pengadaan paket bantuan sosial (bansos) Covid-19 wilayah Jabodetabek tahun 2020.