Mohon tunggu...
Willi Andy
Willi Andy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Berjuang dengan sungguh-sungguh tanpa lelah dan penuh perhatian

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pengalaman Menyelamatkan Makanan agar Tidak Terbuang Percuma di California

21 Maret 2023   03:04 Diperbarui: 22 Maret 2023   21:52 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makanan yang terbuang sia-sia | Sumber: unsplash.com/photos/FFn2-TW8pxk

Setiap tahun, sekitar 54 miliar kg makanan terbuang percuma di Amerika Serikat. Itu setara dengan 130 miliar makanan tersaji dan senilai $408 miliar. Dan parahnya, ternyata hampir 40% dari semua makan terbuang begitu saja.

Sumber makanan yang terbuang bisa bervariasi mulai dari rumah, toko, dan restauran.

Belum lagi tanaman yang dibiarkan begitu saja di lahan tanpa dipanen, alasannya karena harga yang sangat rendah dan jenisnya yang terlalu banyak di pasar.

Masalah transportasi dan pabrik makanan pun merupakan salah satu alasan mengapa makanan terbuang sia-sia.

Dan terakhir karena penampilan serta warna makanan yang tidak memenuhi standar pasar dan toko. Makanan tersebut terpaksa ditolak dan menjadi mubazir.

Melihat banyaknya makanan yang kandas begitu saja, penulis berinisiatif untuk mencoba menyelamatkan makanan yang akan dibuang. Terutama yang berasal dari toko dan restauran.

Syahdan, penulis melihat suatu iklan yang muncul di medsos Facebook. Iklan tersebut mengajak warga AS untuk menyelamatkan makanan yang berlebihan dan tidak sempat dibeli oleh konsumen.

Program penyelamatan makanan dijadikan suatu sistem aplikasi yang bisa diunduh secara gratis bagi pengguna IOS dan Android.

Aplikasi tersebut bernama "TooGoodToGo". Dengan logo dasar berwarna hijau. Cukup mudah untuk mendaftar dan menggunakannya.

Tanpa berpikir lama, penulis langsung mengunduhnya. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk itu, cukup satu menit.

Aplikasi tersebut menghubungkan para penjual seperti restauran, toko makanan, toko roti, cafe, sushi, dan toko donut dengan konsumen.

Filosofi dasar dibentuknya aplikasi tersebut adalah untuk mencegah makanan yang berlebihan agar tidak berakhir di tempat sampah.

Mendengar tujuan mulia tersebut, penulis ingin mencoba bagaimana caranya untuk ikut berpartisipasi sebagai seorang konsumen.

Penulis langsung mengecek aplikasi yang sudah diunduh dengan melihat makanan yang bisa diselamatkan dari berbagai toko dan restauran.

Jam dan lokasi ketersediaan makanan pun sangat bervariasi. Ada yang bisa diambil di pagi hari, siang hari, dan malam hari. Lokasi bisa kita set sesuai jarak yang ingin ditempuh.

Harga yang ditawarkan oleh penjual adalah sepertiga harga normal dengan porsi yang besar dan beraneka ragam.

Mereka akan menyediakan makanan yang berlebihan tersebut secara acak sesuai dengan sisa stok makanan yang ada. Jadi kita tidak bisa memilih. Kita hanya bisa memilih toko dan waktunya saja.

Mereka menyebutnya sebagai "Surprise Bag" atau kantong yang berisi makanan yang tidak kita duga.

Cukup menarik bagi penulis untuk mencoba salah satu toko donut yang ada di daftar. Lalu penulis membaca review tentang mereka. Cukup dapat dipercaya.

Malam itu, penulis membeli satu kantong surprise bag donut dengan membayar langsung secara online di aplikasi tersebut untuk diambil pada pagi hari.

Aplikasi menerima pembayaran dengan kartu debit/kredit, PayPal, Venmo, dan Apple Pay. Penulis menggunakan kartu kredit dengan jumlah $6 dari $18. Jadi penulis menghemat $12 untuk satu kantong penuh donut.

Esok pagi, penulis berangkat ke toko donut tersebut dan mendapatkan satu kantong penuh berisi donut yang tidak bisa penulis pilih.

Penjual donut sangat ramah dengan wajah penuh senyum menyambut penulis. Mereka meminta penulis untuk mengkonfirmasi bahwa donut sudah diambil melalui aplikasi. Mereka pun sudah membungkus kantong tersebut dengan rapi sebelum konsumen datang, otomatis membuat penulis tidak bisa melihat isinya.

Cukup berat untuk satu kantong donut seharga $6. Pastinya ada satu lusin donut di dalamnya.

Dan ternyata benar ada satu lusin donut setelah penulis membuka kantong tersebut di rumah. Donut masih segar, nampak dari penampilan dan teksturnya yang lembut.

Belum lagi rasanya yang enak dan gurih. Tidak terlalu manis. Isi pun bervariasi. Menariknya, penulis memperoleh jumlah makanan yang melebihi jumlah dolar yang dibelanjakan. Dan pastinya bisa untuk dibagikan kepada teman dan tetangga.

Melalui aplikasi tersebut, ternyata ada summary dari hasil penyelamatan makanan saat itu. Hasilnya penulis menghemat $12 dan CO2e sebanyak 3.17 kg. Atau setara dengan 339 smartphone energi yang diisi penuh.

Namun sayangnya aplikasi tersebut masih belum dikenal banyak orang di California Selatan, apalagi di kota tempat penulis tinggal.

Padahal restauran, toko, cafe, dan mini market yang menjual makanan sangat banyak di daerah penulis tinggal. Dan rerata mereka membuang makanan yang tidak sempat terjual habis.

Kendati demikian, penulis berharap agar lebih banyak penjual yang berpartisipasi di mana saja agar makanan yang masih layak tidak dibuang percuma.

Bagaimana Kompasianers, apakah di tempat kalian ada program semacam ini lewat sebuah aplikasi? Kalau ada pastinya seru dan menarik untuk dilakukan sebagai Food Heroes di daerah kalian tinggal.

****

Penulis: Willi Andy.
Artikel khusus untuk Kompasiana.
Maret 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun