Baru saja Gubernur NTT Viktor Laiskodat menginstruksikan agar peserta didik SMA dan SMK masuk sekolah lebih awal, yaitu pukul 05.00 WITA.
Instruksi tersebut disampaikan oleh Pak Viktor dalam agenda pertemuan bersama Kepala Sekolah pada hari Kamis, 23 Februari 2023.
Dan ternyata Pemerintah Provinsi Pemprov NTT bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta para Kepala Sekolah di kota Kupang menyetujui instruksi tersebut.
Alasannya adalah untuk mengasah kedisiplinan dan etos kerja para siswa. Beliau mengklaim bahwa rerata murid SMA tidur paling malam pada pukul 22.00 WITA. Sehingga mereka memiliki waktu yang cukup untuk tidur sebelum masuk ke sekolah pada pukul 05.00 WITA.
Tentu saja instruksi tersebut menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Terutama dari para orangtua sampai pada beberapa instansi seperti Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dan Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G).
Berbagai alasan kontradiksi seperti kendala transportasi di pagi hari, kesiapan orangtua di rumah, keamanan sampai pada kekhawatiran dampak kesehatan siswa.
Meskipun demikian Gubernur NTT Viktor, memiliki alasan tersendiri yaitu agar para siswa memiliki kedisiplinan dan etos kerja yang kuat.
Beliau bahkan mengungkapkan secara detail melalui video di YouTube tentang bagaimana anak harus siap tiba di sekolah pada pukul 05.00 WITA pagi.
Lalu, apakah dengan alasan kedisiplinan dan etos kerja bagi anak akan menjamin persaingan sehat pada sumber daya manusia dengan menerapkan masuk sekolah pada pukul 5 atau 5:30 pagi?
Yuk kita bahas!
Kedisiplinan seharusnya dikembangkan melalui perilaku yang bisa memprioritaskan mana yang lebih utama untuk dilakukan.
Di sana juga ada manajemen waktu agar mampu bertindak lebih efesien dengan menentukan prioritas.
Dalam kedisiplinan pun diperlukan suatu usaha agar tidak menunda bahkan sampai mengesampingkan suatu pekerjaan.
Lawan dari menunda-nunda adalah bersikap tegas. Tegas dalam menentukan apa yang harus dikerjakan dan apa yang tidak bisa atau tidak harus dikerjakan.
Dan kita tahu bahwasanya untuk menjadi pribadi yang disiplin diperlukan kebiasaan. Kebiasaan inilah yang harus dilatih secara kontinu dan teratur.
Lantas apakah ada hubungannya dengan memajukan jadwal suatu pekerjaan?
Bisa iya dan bisa juga tidak. Itu semua bergantung pada manfaat dan dampaknya.
Seperti jadwal masuk sekolah yang dimajukan menjadi pukul 5-5:30 WITA yang terkesan sangat dipaksakan.
Mungkin saja ada sedikit keuntungan dari kebijaksanaan tersebut. Namun, ternyata banyak dampak kerugiannya yang ditemukan di lapangan.
Contohnya adalah para siswa yang mengalami kekurangan tidur ketika mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Lalu berbagai kesulitan mendapati angkutan umum, masalah keamanan, sampai masalah kesehatan.
Lalu bagaimana dengan etos kerja yang disebutkan Pak Gubernur NTT?
Etos kerja adalah sebuah keyakinan yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaan dengan bekerja keras dan memberikan yang terbaik.
Di sana juga ada semangat kerja, ketekunan, kewajiban, dan tanggung jawab.
Apakah ada hubungannya dengan memajukan jadwal masuk sekolah? Mungkin saja ada hubungannya jika dikaitkan dengan bekerja keras di pagi hari di mana banyak orang masih terlelap.
Namun, coba kita perhatikan pihak mana yang mendapatkan manfaat dari masuk sekolah pukul 5 pagi dari ulasan berikut ini.
Tiba di sekolah pada pukul 5 pagi bukan hanya untuk hadir di sekolah saja. Namun para siswa juga harus mempersiapkan mental dan jasmani untuk bisa mengikuti proses pembelajaran di sekolah dengan baik.
Jika para siswa yang dilatih untuk memiliki etos kerja yang baik di kemudian hari dengan masuk sekolah pada pukul 5 pagi, maka hal tersebut tidaklah efisien.
Mereka akan mengalami kelelahan dan mood yang buruk saat belajar. Belum lagi sulitnya mereka untuk mencerap apa yang diajarkan oleh para guru.
Nampaknya etos kerja yang baik, yang mampu memberi manfaat bagi pelaku dan orang lain menjadi sulit tercapai dengan berlatih seperti masuk sekolah terlalu pagi dari para siswa yang tinggal jauh dari sekolah.
Terus bagaimana dengan mengembangkan kepribadian para siswa agar bisa bersaing dengan baik?
Sebagian besar orang di dunia menganggap bahwa untuk meraih kesuksesan harus ditempuh dengan bersaing.
Apakah harus demikian?
Bersaing untuk menjadi pribadi yang sukses memang diperlukan dalam batasan dan cara tertentu. Contohnya para atlet lari cepat yang berlomba dan bersaing satu sama lainnya untuk mencapai garis finis.
Hal tersebut adalah lumrah di kalangan para atlet untuk meraih juara. Namun di dunia pendidikan, sudah seharusnya kita meninggalkan pola lama dalam bersaing seperti saling berlawanan dan bertentangan dalam kompetisi.
Saatnya berlatih untuk bekerja sama atau kolaborasi. Karena ada banyak sekali manfaat dari berkolaborasi antara para guru, siswa, sekolah, dan semua instansi pendidikan. Sedangkan kerugiannya nampaknya tidak ada.
Misalnya; saling mengisi, saling merawat, saling bertukar pikiran dan pendapat, saling melindungi, saling membangun, serta tidak saling menjatuhkan dan tidak saling merendahkan satu sama lainnya.
Itulah beberapa argumentasi dan opini agar instruksi masuk sekolah pada pukul 5 WITA pagi bisa dipertimbangkan kembali secara lebih matang dari berbagai sisi.
****
Penulis: Willi Andy, untuk Kompasiana.
Maret 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H