Dunia yang kita jalani tidak lepas dari cara kita melihat dunia. Apa saja yang dipikirkan adalah poin penentu dari bagaimana kita melihatnya, sehingga dunia bisa terlihat sangat subjektif.
Kalau tadinya kita selalu murung dan tidak bahagia maka saatnya pikiran diisi dengan rasa syukur dan terima kasih. Dengan demikian kita akan lebih mudah untuk merasa puas dan bahagia dari apa yang sudah kita miliki dan sudah terjadi, asal jangan lupa untuk selalu berusaha.
Apalagi masih dalam suasana hari Kasih Sayang, maka pikiran bisa diisi dengan cinta dan kasih terhadap siapa saja bahkan terhadap hewan. Dengan demikian dunia akan terasa hangat dan indah tanpa rasa benci dan iri.
Jadi kalau pikiran diisi oleh hal yang positif maka seperti itulah dunia yang kita lihat dan rasakan.
Pokoknya jangan sampai pikiran diisi dengan hal negatif yang membuat dunia terlihat buruk dan menakutkan.Â
Negatif di pikiran bisa dikenali dari sifat dan dampaknya.
Yaitu menguras tenaga, waktu, dan pikiran sehingga membuat kita merasa lelah secara berlebihan. Serta cenderung pada tindakan yang bisa merugikan diri sendiri dan pihak lainnya.
Dan satu hal yang seringkali membuat kita terlalu cepat bertindak adalah terlalu buru-buru dalam bereaksi terhadap dunia.
Di sini kita memerlukan jeda yang tepat dan bukan sembarang jeda seperti diam termenung.
Pendekatan mengambil jeda dalam menjalani hidup akan membuat kita berhenti sejenak. Seperti memperhatikan napas.
Perhatikan masuk dan keluarnya napas secara alami, hitung dari satu sampai lima pada setiap tarikan dan hembusan napas lalu diulang jika diperlukan.