Semenjak saya dewasa, saya selalu berpikir untuk menjalankan bisnis milik pribadi. Meskipun kecil-kecilan itu pun tidak masalah. Daripada harus bekerja untuk perusahaan milik orang lain.
Yah itulah yang ada di benak saya. Apalagi ketika sudah mulai bekerja, saya merasakan suatu perasaan yang tidak nyaman. Ada sesuatu yang kurang.
Setelah dipikir-pikir, sesuatu yang kurang itu adalah yah bekerja. Tapi ini bukannya sesuatu hal yang negatif.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa setiap insan yang hidup sendiri atau berkeluarga harus bekerja untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Biasanya ada empat tier atau lapisan dalam hal menghasilkan suatu pendapatan. Keempat itu sesuai tingkatannya adalah;
1. Bekerja untuk perusahaan milik orang atau perusahaan lain. Bukan milik pribadi atau milik sendiri. Posisi kita sebagai karyawan.
2. Menjalankan bisnis milik sendiri dan bekerja di sana. Artinya kita sebagai pemilik bisnis yang terjun langsung dan beroperasi di perusahaan atau bisnis milik sendiri.
3. Memiliki bisnis tetapi kita tidak bekerja di sana. Kita sebagai bos yang hanya memperkerjakan karyawan. Di sini ada juga bos yang aktif dan pasif.
4. Sama sekali tidak punya bisnis tetapi menanam modal atau investasi di suatu perusahaan. Pendapatan diperoleh dari hasil profit yang dibagi beberapa persen dari persentase saham milik kita di suatu perusahaan tertentu yang bukan milik sendiri.
Terus terang saya masih di posisi no. 2. Namun tidak masalah karena memang kondisi dunia apalagi yang berkaitan erat dengan ekonomi nampaknya selalu gonjang-ganjing tidak jelas dan stabil.
Dari artikel ini, saya mencoba berbagi pengalaman tentang merintis bisnis UMKM dari nol. Yah dari nol, zero, zip, nada.
Loh kok bisa? Padahal bukannya untuk merintis bisnis perlu modal yang cukup besar.
Ya, memang betul. Jadi perkenankan saya memulainya.
Awalnya tentu saja saya harus bekerja untuk orang lain. Saya berjanji untuk diri saya bahwa saya harus bisa punya bisnis sendiri walaupun kecil-kecilan.
Semakin lama saya bekerja, keinginan itu semakin kuat dan saya sudah merancang suatu strategi. Strategi tersebut adalah sambil bekerja, saya akan memulai bisnis.
Jadi dari gaji bulanan itulah saya membeli stok barang-barang yang bisa dijual online. Saya berpikir memulainya dari berjualan di rumah. Karena jika saya langsung menyewa toko atau lapak maka pastinya sudah ada biaya pengeluaran yang tidak sedikit.
Sedangkan biaya platform online waktu itu di tahun 2006 tidaklah tinggi. Belum lagi ongkos kirim yang sangat rendah. Dari sanalah saya memutuskan marketplace online adalah yang terbaik untuk posisi saya saat itu.
Saya memilih platform eBay yang sudah sangat terkenal kala itu. Belum ada banyak saingan seperti platform online raksasa Amazon.
Jadi setidaknya dalam waktu 10 tahun lebih sedikit, kanal eBay cukup aman untuk menjaring banyaknya traffic pembeli yang ingin mencari calon barang yang akan dibeli.
Sekarang saatnya mencari relasi yaitu pemasok barang atau agen. Tapi mencari keberadaan mereka nampaknya tidak mudah, karena pada saat itu saya barusan pindah beberapa tahun dari Atlanta, Georgia ke Los Angeles, California.
Untungnya saya tidak putus asa, saya ingat bahwa saya sering mengunjungi pasar swapmeet yang menyediakan berbagai barang yang cukup murah. Dan para penjual di sana rerata sudah mengenal saya. Setelah menghitung-hitung modal barang, biaya komisi eBay, ongkir, dan biaya keperluan untuk pengiriman, maka masih ada profit bersih (net income).
Nekat lah saya memulai walaupun kecil-kecilan. Di samping itu saya sering memonitor para saingan di eBay. Saya pelajari bagaimana mereka set harga dan ongkir. Terus apa saja yang laku dan sedang ngetren.
Pekerjaan utama masih saya kerjakan. Bisnis online hanyalah sebagai uang tambahan pada saat-saat itu. Dan ternyata bisnis saya semakin membaik dan meningkat.
Saya ingat sekali tempat terakhir saya bekerja di suatu perusahaan, saya berjanji bahwa saya hanya akan bekerja di sana selama lima tahun sejak tahun 2006 akhir dan setelah itu akan fokus pada bisnis secara full time.
Dan ternyata meleset perkiraan saya, dibutuhkan lima tahun lebih bagi saya untuk quit selamanya dari sana. Yaitu di tahun 2012, saya menyewa toko yang  memiliki gudang untuk menyimpan stok inventori.
Yah memang secara naturalnya, bisnis ini memaksa saya untuk lebih fokus karena waktu sudah tidak cukup lagi jika saya harus bekerja dan menjalankan bisnis secara bersamaan.
Syukurlah sampai tahun 2022, bisnis saya masih eksis. Saya teringat masa-masa saya mulai merintis usaha kecil-kecilan, ada banyak sekali lika-liku, masalah, tantangan, kesabaran, ketelitian, keterampilan, strategi, relasi bisnis, pembeli, dan masih banyak hal lainnya.
Maka saya menuangkan beberapa strategi lewat artikel ini. Semoga saja bisa membantu para calon UMKM. Atau setidaknya menambah wawasan dalam menjalankan UMKM di Indonesia bagi siapa saja.
-Modal
Usahakan menggunakan modal sendiri. Itu sebagai langkah yang aman dibandingkan memakai modal lewat pinjaman bank yang akan membebankan kita suatu saat nanti dengan bunga pinjaman yang cukup tinggi.
-Relasi
Bangun hubungan dengan relasi dengan baik seperti para pemasok atau penyuplai barang. Dapatkan barang mereka dengan harga grosir yang rendah dan berkualitas.
-Stok
Cari stok barang jualan yang tidak umum jika memungkinkan. Ini akan mempermudah kita untuk menjual barang-barang yang agak unik.
-Tren
Carilah juga barang jualan yang sedang tren. Tren ini bisa dikarenakan oleh film yang sedang tren dan beredar. Bisa juga karena suatu peristiwa dan masih banyak disebabkan hal lainnya.
-Cermat
Rajin mencermati pasar. Amati harga jual yang bisa diterima calon pembeli. Pandai mengatur nilai saing untuk berlomba di berbagai kancah pasar.
-Letak toko
Letak toko secara riil sangat mempengaruhi calon pembeli untuk datang dan melihat barang yang kita jual. Carilah toko yang berada di jalan utama, tidak masuk ke dalam gang atau di suatu tempat terperincil.
-Spanduk
Spanduk atau apapun sebagai tanda keberadaan, iklan dan petunjuk sangat disarankan, apalagi jika kita baru saja memulai usaha di tempat tersebut. Buatlah spanduk yang menarik bagi mata, tulis apa yang spesial dan menjadi daya tarik calon pembeli.
-Promosi
Promosikan toko dan produk lewat digital marketing. Atau bisa disebarkan lewat print ad yang disebarluaskan lewat pos atau dibagi-bagikan di areal sekitar toko.
-Berjualan secara online dan offline
Ini sangat disarankan oleh penulis. Sewaktu pandemi masuk ke Amerika, penjualan dan profit penulis alih-alih menurun, malahan menjadi naik. Ditambah ketika adanya lockdown, banyak pembeli yang membeli produk penulis secara online.
-Kualitas barang
Ini juga menjadi suatu kunci yang krusial dalam menjalankan bisnis. Periksa barang jualan dengan teliti, apakah ada cacat atau kerusakan. Jadikan ini sebagai suatu prioritas yang jangan diabaikan.
-Layanan
Servis yang ramah dan bersahabat menjadi suatu poin yang tidak kalah penting dalam bisnis. Bersedia mendengar komplain dan siap membantu jika terjadi suatu masalah. Berikanlah para pembeli layanan yang terbaik jika ingin bisnis kita bertahan dalam jangka waktu yang lama.
-Diskon
Siapa sih yang tidak suka akan diskon. Tawarkan diskon jika mereka bersedia membeli barang lebih dari satu. Semakin mereka membeli banyak, semakin besar pula ruang bagi pemberian diskon untuk mereka.
-Harga
Harga barang atau layanan harus sesuai dengan pasar, jangan terlalu tinggi. Ini sangat penting karena setiap calon pembeli sudah melakukan berbagai perbandingan harga sebelum membeli. Apalagi ekonomi sedang dalam masa resesi.
-Keterampilan dan pengetahuan
Miliki keterampilan dan pengetahuan yang berhubungan dengan bisnis yang kita geluti. Ini akan minimalkan kesalahan dalam pengelolaan bisnis. Dengan demikian kerugian secara internal tidak terjadi.
-Lengkapi persyaratan bagi berdirinya toko atau bisnis
Jangan abaikan masalah ini. Jika bisnis kita memerlukan dokumen untuk beroperasi, maka lengkapilah. Jangan sampai timbul masalah dan berujung dengan berurusan dengan pemerintah.
-Pajak
Bayar pajak yang dibebankan pemerintah. Ini sangat penting agar bisnis tetap eksis san tentunya sudah menjadi suatu kewajiban bagi para pelaku bisnis.
-Asuransi
Asuransikan bisnis dan stok barang kita. Ini sangat penting jika terjadi suatu bencana seperti kemalingan, kebakaran, dan kebanjiran. Bisnis penulis sudah pernah mengalami bencana kebanjiran.
-Semangat dan sabar
Ulet dan gigih dalam menjalankan bisnis. Jangan sampai menyerah jika ada masalah yang timbul. Selalu sabar untuk menahan segala macam goncangan bisnis.
-Jujur
Berlaku jujur dalam menjalankan bisnis. Jangan terkecoh dengan profit yang besar lewat jalan pintas atau semacam kecurangan. Pegang teguh prinsip ini agar hidup tanpa rasa penyesalan, cemas, dan takut.
-Berani mengambil kesempatan yang langka dan sempit.
Di sini kita perlu semacam insting dagang dan pengetahuan apakah barang yang dijual akan laku. Ini biasanya akan kita miliki ketika kita sudah berpengalaman dalam bisnis.
-Jangan lupa untuk beramal.
Wasana kata:
Dunia sedang mengalami resesi di tahun 2022 dan menjelang 2023. Resesi ini menjadi suatu tantangan hidup bagi semua orang, tidak terkecuali bagi para pelaku bisnis UMKM. Dengan adanya artikel ini, semoga bisa bermanfaat dan membantu khususnya bagi para UMKM.
Salam profit.
****
Penulis: Willi Andy untuk Kompasiana.
Oktober 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H