Dari Amerika kami membaca berita terkait tragedi Kanjuruhan. Tragedi tersebut bukan hanya dimuat di berita tertulis digital, namun di media digital lainnya yang berupa rekaman insiden tersebut.
Hampir semua sumber media digital memuat tragedi yang terjadi di Stadium Kunjuruhan yang terjadi pada hari Sabtu, 1 Oktober 2022.
Pertandingan tersebut terpicu dalam suatu laga sepak bola antara tim tuan rumah Arema vs Persebaya Surabaya. Kekalahan Arema untuk Persebaya dengan skor 2-3 inilah yang tidak diterima oleh pendukung tim Arema.
Pendukung Arema yang berjumlah sekitar 3000 orang dengan rasa yang tidak puas atas kekalahan tim kesayangan, menyerang lapangan. Mereka turun dalam jumlah yang besar.
Beberapa dari mereka mencoba menyerang pemain dari ofisial tim Persebaya. Dengan demikian anggota polisi yang berada di lapangan mencoba melindungi para pemain dan menghentikan penyerangan tersebut.
Namun, mereka yang marah dan tidak senang akhirnya bisa menjebol para petugas keamanan. Menjadikan polisi menembakkan gas air mata kepada para perusuh.
Dari sanalah para pengunjung di arena lari serentak berusaha menghindari pedasnya gas air mata yang bisa mengakibatkan kekurangan oksigen. Mereka para suporter lari secara serempak untuk keluar dari arena dan keadaan menjadi semakin kacau.
Dari rentetan rasa tidak puas atas kekalahan tuan rumah, suporter yang menyerang pemain, perlawanan terhadap pihak keamanan dan polisi, gas air mata, dan usaha para pengunjung yang berebutan keluar arena inilah yang akhirnya menimbulkan korban.
Dilansir dari kompas.com, ada sejumlah korban kematian. Para korban kematian sangatlah banyak yaitu 131 orang yang meninggal atas kejadian tersebut.
Sangat disayangkan sekali. Padahal pertandingan sepak bola seharusnya menjadi suatu ajang permainan yang seru dan menakjubkan. Kendati demikian memakan korban yang tidak sedikit.