Mengonsumsi mi instan dinilai masih cukup aman bagi tubuh karena mi instan mengandung kalori yang cukup rendah. Namun porsinya harus tetap diperhatikan.
Walaupun mi instan rendah kalori, tetapi kandungan serat dan proteinnya juga termasuk rendah. Inilah yang membuat kita merasa tidak kenyang ketika mengonsumsi satu bungkus normal mi instan.
Syahdan ketika kita mengonsumsi satu bungkus mi instan, kita akan tetap merasa tidak kenyang dan ingin tambah satu bungkus lagi. Hal ini yang sering menyebabkan asupan kalori dan sodium kita meningkat dengan pesat.
Dengan meningkatnya kalori dan sodium secara berlebihan dalam tubuh maka kesehatan kita akan terancam.Â
Ketika tubuh ini mendapatkan asupan tinggi kalori dan sodium maka risiko penyakit jantung, diabetes dan stroke akan meningkat.
Apalagi jika kita mengonsumsi mi instan dengan disertai nasi secara terus menerus akan menyebabkan resiko diabetes. Ini dikarenakan mi instan dan nasi memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Perpaduan keduanya menyebabkan tingginya kandungan kalori.
Jika tubuh ini dipasok kalori yang tinggi maka produksi hormon insulin dalam tubuh akan menjadi tinggi pula. Pankreas berfungsi sebagai penghasil hormon insulin, dengan meningkatnya jumlah kebutuhan insulin maka akan membebankan kerja pankreas. Inilah yang menyebabkan pankreas menjadi rusak dan tidak bisa bekerja seoptimal mungkin. Dari sini lah penyakit diabetes melitus muncul.
Nah, di samping harga mi instan mulai naik dan ketika kita mengetahui kandungan gizi pada mi instan yang tidak terlalu memberi manfaat pada tubuh. Kita bisa mulai mencari bahan makan pokok lainnya.
Bahan pokok lainnya adalah kentang, berbagai macam umbi, jagung bahkan sagu. Kalau di AS, umumnya kita mendapatkan sumber karbohidrat dari kentang, jagung, roti dengan serat tinggi berasal dari berbagai biji-bijian, nasi merah yang dicampur nasi putih, pasta dan spageti.
Tentu saja mengonsumsi mi instan sah-sah saja dalam porsi tertentu. Apalagi jika kita mengonsumsinya secara tepat.