Mohon tunggu...
Willi Andy
Willi Andy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Berjuang dengan sungguh-sungguh tanpa lelah dan penuh perhatian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berpartisipasi dalam Pindapata Pindapatta Pindacara, Suatu Tradisi Umat Buddha di California

7 Juli 2022   03:52 Diperbarui: 21 Oktober 2022   08:27 2171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kami bersimpuh dan beranjali mendengarkan mereka memberi Anumodana Kata.

***

Catatan kaki:

Tradisi pindapata senantiasa dilakukan oleh setiap Buddha, para Bhikkhu dan Bhikkhuni. Hal tersebut dinyatakan oleh Buddha Gautama sewaktu beliau mengunjungi kota kelahiran beliau di Kapilavatthu.

Di hari sebelumnya, Buddha Gautama tidak mendapatkan undangan persembahan makanan di istana oleh ayahnya sendiri yaitu Raja Suddhodana. 

Maka esoknya Buddha Gautama dan beberapa Bhikkhu memasuki kota untuk mendapatkan makanan dari para penduduk. Mereka menggunakan mangkuk sebagai wadah untuk menerima makanan.

Sang Raja yang mengetahui hal tersebut menghampiri Buddha Gautama dan mengatakan bahwa para Kattiya tidak mengemis makanan. 

Ini dikarenakan Buddha Gautama adalah keturunan Kattiya (kesatria atau bangsawan) maka tidak seharusnya Buddha Gautama mengumpulkan makanan dari rumah ke rumah.

Buddha Gautama mengatakan kepada Sang Raja bahwasanya mengumpulkan makanan dari rumah ke rumah merupakan tradisi para Buddha. 

Beliau mengatakan juga menegaskan bahwasanya beliau adalah seorang Buddha dan bukan seorang pangeran lagi. Sedangkan saat itu merupakan waktu untuk mengumpulkan makanan.

Pindapata adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Pali. Pindapata memiliki arti yaitu makanan yang jatuh ke dalam mangkuk. 

Maknanya adalah suatu tradisi yang dilakukan oleh para Buddha, Bhikkhu dan Bhikkhuni dalam hal mengumpulkan makanan dari umat awam yang dimasukkan ke dalam mangkuk yang dibawa oleh Buddha, Bhikkhu dan Bhikkhuni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun