Di samping makanan dan keperluan vihara, mereka juga menerima donasi dalam bentuk pakaian baru atau bekas, perlengkapan sekolah, furnitur baru atau bekas dan lain-lain. Mereka sering mengirim barang-barang tersebut ke Myanmar untuk penduduk yang kurang mampu.
Kadang mereka para pengurus vihara akan mengadakan penjualan barang-barang donasi di halaman depan vihara. Uang yang terkumpul akan digunakan untuk keperluan vihara dan ditransfer untuk penduduk Myanmar yang kurang mampu.
Tradisi Pindapata bersifat terbuka untuk siapa saja yang ingin berdana. Apakah mereka lelaki atau perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin dan keyakinan apa yang dianut.
Sesampai mereka di vihara, mereka akan makan sebelum tengah hari. Ini diatur oleh Vinaya yang mengharuskan mereka makan di waktu yang tepat sebelum tengah hari yaitu saat posisi matahari tepat di atas kepala.
Setelah kita berpartisipasi dalam tradisi Pindapata, kita bisa berbelanja di taman tersebut. Di sana ada beberapa tenda tempat para penjual sayuran dan buah-buahan organik berjualan. Kita menyebut pasar itu adalah Farmer's Market.
Ada juga yang menjual yoghurt, kacang-kacangan, buah yang dikeringkan, madu, serai, makanan khas hispanik, tumbuh-tumbuhan, cuka apel, bunga-bunga dan minuman.
Saya biasanya membeli sayuran organik seperti terong dan alpokat juga kacang walnut. Harga sayuran bervariasi dan tidaklah murah meskipun mereka berjualan di bawah tenda. Kalau kacang walnut adalah $5 per 500 gram.
Demikianlah tradisi Pindapata yang masih eksis dari zaman Buddha sampai sekarang ini. Dan kebetulan tradisi tersebut sampai di negara Amerika Serikat yang dijalani oleh para Bhikkhu Sangha.
Bagaimana dengan tradisi Pindapata di negara kalian? Khususnya yang di Indonesia? Pastilah sangat unik, menarik, bermanfaat dan banyak yang ikut serta dalam memberi pada saat tradisi Pindapata berlangsung.