Jam sudah menunjukkan 12 siang, perut ini rasanya sangat lapar. Ingin rasanya Eko makan mi ayam. Dia terbayang-bayang akan lezatnya mi racikan Pak Husen yang ada di pojokan gang tidak jauh dari kantor dia bekerja.
Pikiran dia masih bimbang apakah dia hanya ingin makan mi polos atau dengan tambahan semangkuk bakso. Ada rasa kenyal dan enak jika mi Pak Husen ditambah beberapa butir bakso. Belum lagi ditambah dengan pangsit ayam. Ahh rasanya ingin porsi yang komplet.
Dia merogoh kantong celana jins birunya dan hanya menemukan dua belas ribu rupiah. Apa boleh buat, siang ini dia hanya bisa makan mi polos.
Bergegaslah dia pergi menyeberang dengan hati-hati ke arah gerobak mi Pak Husen. Tampaknya Pak Husen sudah menunggu si Eko seperti biasanya. Tak heran bagi Pak Husen karena Eko sudah menjadi pelanggan setia selama tiga tahun terakhir ini.
Begitu riangnya dia melihat Pak Husen yang sudah menunggunya.
“Pak Husen, saya pesan satu mangkok mi polos.”
“Siap Eko, tidak mau pakai bakso?”
“Mau sih tapi uangku tidak cukup buat semangkuk bakso.” Sambil berpikir seandainya dia punya uang lebih.
“Lima menit siap Eko. Silahkan duduk. Minumnya es teh yah?”
“Iya Pak.” Eko berpikir lagi.. untung es teh gratis kalau makan disini.