Selain permasalahan asymmetric information, kemungkinan besar kredit tidak bisa disalurkan karena UMKM kita banyak yang turun peringkat dari bankable menjadi unbankable. Dengan krisis yang sudah berjalan lebih dari setahun, banyak UMKM yang telah mengalami keterlambatan bayar dan penurunan cadangan kas.
Di sini lah Pemerintah diharapkan bisa lebih membantu UMKM. Saat ini ada subsidi cash transfer berupa Bantuan Pelaku Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp1.2 juta. Tapi jumlahnya ini turun dari Rp2.4 juta pada tahun lalu.
Permasalahannya juga bukan sekedar nominal, tetapi timing penyalurannya. Menurut survei ADB pada tahun 2020, rata-rata cadangan kas UMKM di Asia sebelum pandemi hanya mampu menutupi satu bulan operasional usahanya, ceteris paribus -- bila faktor lain tetap, termasuk permintaan tidak turun. Dengan adanya guncangan permintaan dan juga pasokan seperti digambarkan oleh Kalemli-Ozcan et. al dijelaskan di atas, hampir pasti cadangan kas UMKM turun dan mungkin hanya bisa menanggung operasional kurang dari satu bulan.
Bila saja BPUM bisa cair lebih berkala di tengah krisis pandemi ini, katakanlah per triwulan, cadangan kas pelaku usaha mikro bisa lebih stabil. Dengan catatan kas yang lebih stabil ini perbankan bisa menjadi lebih percaya diri ketika menyalurkan kredit. Niscaya, skema PEN yang diharapkan Pemerintah bisa lebih efektif.
Penutup
Tulisan ini seirama dengan survei Mandiri Institute yang mengatakan program bantuan PEN untuk UMKM perlu dilanjutkan, ditingkatkan efektivitas dan komunikasinya. Selain masalah yang dibahas di atas, survei Mandiri Institute juga menunjukan masih banyak UMKM yang belum memanfaatkan PEN UMKM. Dari 82% responden yang mengetahui adanya program bantuan, hanya 41% yang mendaftar.
Untuk jangka panjang dan kepentingan pembangunan ekonomi, pelaku UMKM dan Pemerintah harus sama-sama berusaha tidak hanya untuk bertahan tetapi juga memastikan daya saing jangka panjang ketika ekonomi sudah pulih. Diversifikasi sektor UMKM bisa menjadi salah satu obat mengurangi kerentanan sektor UMKM terhadap goncangan lainnya di masa mendatang. Di Australia, misalnya, sebaran sektor UMKM-nya terdistribusi dengan lebih baik dengan tidak ada sektor yang memiliki porsi lebih dari 20%. Dibantu dengan dukungan Pemerintah setempat, diketahui jumlah perusahaan yang mengambil langkah bangkrut justru menurun sebesar 42% dibandingkan tahun 2020.
Daftar Referensi
Asian Development Bank. (2020). Asia Small and Medium-Sized Enterprise Monitor - Volume II: Covid 19 Impact on Micro, Small, and Medium-Sized Enterprises in Developing Asia.
Badan Pusat Statistik. (2019). Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil.
Bank Indonesia. Â Survei Kegiatan Dunia Usaha Triwulan III - 2021.