Mohon tunggu...
William Manggala Putra
William Manggala Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peneliti untuk datamakro.com

Peneliti untuk datamakro.com | Pelaku UMKM |

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pencarian "Garis Perak" dari Krisis, Sanggupkah?

4 Agustus 2020   16:00 Diperbarui: 5 Agustus 2020   08:16 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, perlu disyukuri semakin kayanya modal sosial Indonesia. Menurut OECD, modal sosial adalah pemahaman bersama di masyarakat yang memungkinkan individu dan kelompok saling percaya satu sama lain sehingga dapat bekerja sama.

Semakin kayanya modal sosial ini bisa terlihat dari pergerakan dari warga untuk membantu yang kesulitan seperti donasi, membagikan makanan-minuman, membagikan vitamin, membantu membuat APD, dan lain-lain di tengah Covid-19 ini. (Kompas. 18 Mei 2020)

Lalu kenapa? Menurut penulis, saat ini adalah momentum untuk mengutilisasikan modal sosial, setidaknya untuk membantu pembuatan kontrak sosial yang baru.

Mengacu ke laporan World Bank (2020), pembuatan kontrak sosial yang baru antara negara dan warganya adalah syarat utama agar Indonesia bisa bertumbuh lebih cepat. Kontrak sosial yang dimaksud di sini adalah kemauan membayar pajak dengan timbal balik pelayanan publik lebih baik.

Pajak ini sendiri memang menjadi masalah untuk anggaran negara dari sisi penerimaan. Nisbah pajak Indonesia yang hanya 10% - 11% terhadap PDB relatif sangat kecil bila dibandingkan negara peers.

Jangankan untuk memenuhi ambisi pembangunan yang besar, untuk membiayai fiscal relief masa Covid-19 ini saja Pemerintah diperkirakan harus menambah hutang hingga Rp 1,200 triliunan karena arus pendapatan yang tidak memadai.

Tentu “PR” pertama ada di Pemerintah karena harus membereskan institusi supaya kebijakan publik bisa diterapkan lebih efektif, efisien, dan kredibel sehingga kepercayaan public bisa muncul.

Namun, bila modal sosial ini dapat diutilisasikan-–dan masyarakat digerakan sekaligus diberikan pemahaman bahwa pajak yang dibayarkan akan diberikan kepada yang membutuhkan-–bukan tidak mungkin rakyat akan bersemangat untuk membayar pajak.

Alhasil, dampaknya di short run dan long run bisa sangat massif.

Ketiga, semangat inovasi di tengah krisis pandemic ini. Dengan adanya kesulitan dan meningkatnya solidaritas, inovasi saat ini banyak diarahkan untuk menyelesaikan krisis kesehatan dan ekonomi.

Seperti dirangkum pada harian Kompas tanggal 29 Juni 2020, setidaknya ada beberapa inovasi dari dalam negeri yang bisa dibanggakan, seperti PCR Test Kit milik BPPT dan Bio Farma; Plasma Convalesence yang dikembangkan Lembaga Biologi Molekular Eijkman, hingga Ventilator Indonesia (Vent-I).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun