Sistem tes bahasa Inggris internasional (IELTS) merupakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam berbahasa Inggris, terutama syarat utama bagi mereka yang ingin belajar atau bekerja di negara berbahasa Inggris. IELTS dibagi menjadi dua jenis yaitu untuk pelatihan umum dan akademis, masing-masing dengan format yang sedikit berbeda. Dalam mengikuti tes tersebut, yang sudah termasuk kemampuan membaca (reading), mendengar (listening), menulis (writing), dan berbicara (speaking).
Tes bahasa Inggris ini memiliki cukup banyak perbedaan dengan tes serupa yang memiliki tujuan yang sama. Salah satu tes yang sering dibandingkan adalah TOEFL (Tes bahasa Inggris sebagai bahasa asing).
Keduanya memiliki tujuan yang sama untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris seseorang, namun dibandingkan tes IELTS, TOEFL kurang komprehensif dan memiliki kekurangan tertentu walaupun TOEFL merupakan tes bahasa Inggris yang paling tua. Terlepas dari jenis tes yang diikuti pesertanya, keduanya merupakan tes bahasa Inggris yang cukup diakui di dunia internasional dan dapat digunakan untuk imigrasi atau studi lanjut di negara asing.
Ada banyak pengalaman yang sudah dialami oleh berbagai orang tentang pelaksanaan IELTS. Ada mereka yang mendapatkan nilai baik tanpa persiapan banyak, tetapi juga ada mereka yang sudah melakukannya berulang-ulang kali tanpa ada harapan sedikitpun. Miripnya juga, ada mereka yang mudah mendapatkan beasiswa internasional, tetapi ada yang sulit mendapatkannya karena hasil IELTS yang tidak memadai.
Persiapan IELTS atau bahasa Inggris umumnya dapat dilakukan dengan belajar secara mandiri, atau mengikuti les bahasa Inggris yang dibuat secara spesifik untuk IELTS. Namun, terlepas dari cara persiapannya, kesuksesan pesertanya juga ditentukan oleh hal-hal lain, terutama kemampuan inggris sebelumnya yang mereka punya dan tingkat skor yang diperlukan untuk syarat masuknya.
Dalam IELTS, hasilnya akan dinilai dari rentang band (skor) 0 sampai 9 sebagai tanda kemahiran berbahasa Inggris. Mereka yang mendapatkan band 0 berarti tidak mengikuti tes, tidak melakukan usaha, atau menjiplak penuh jawabannya, dan band 9 berarti mereka adalah ahli dalam berbahasa Inggris dan sudah lebih baik dari pembicara aslinya.
Ada yang memerlukan minimal band 5.5 untuk masuk, namun juga ada yang membutuhkan band 7.5 untuk mendapatkan sedikitpun harapan beasiswa.
Pengalaman Pribadi
IELTS, terutama IELTS akademik, umumnya diikuti oleh mereka yang ingin melanjutkan studi mereka ke luar negeri dengan rata-rata usia antara 18-24. Saya sendiri sebagai pelajar yang berada di Kolese Kanisius, sekolah menengah yang mempunyai lulusan internasional yang relatif lebih tinggi, sudah mendapatkan banyak pengalaman baik saat mempersiapkan diri untuk mengikuti IELTS maupun melihat pengalaman teman-teman.
IELTS adalah salah satu tiket kami untuk studi lanjut ke luar negeri sehingga sebagian besar pengikutnya sudah melakukan persiapan yang serius, tetapi apa yang terjadi dalamnya sangat berbeda antara para siswa.
Saya merupakan orang yang sudah lama cukup fasih dalam berbahasa Inggris sebelum IELTS, sebab sudah diajarkan dan mengonsumsi media Inggris sejak umur yang sangat kecil. Walau saya mempunyai sedikit kelemahan dalam berbicara secara sosial, saya masih mempunyai kemampuan yang cukup baik menggunakan bahasa Inggris dalam keseharian.
Saat saya mulai mempersiapkan IELTS saya, sudah ada beberapa teman yang sudah mengambilnya, dan saya cukup terkejut melihatnya mendapatkan nilai sempurna dalam skill membaca dan mendengar, dan nilai biasa dalam berbicara dan menulis, bahkan hanya dengan persiapan satu minggu belajar sendiri tanpa kursus.
Dengan menggunakan bahan belajar simulasi tes di internet untuk memperkuat kemampuan membaca dan mendengar, berusaha menjawab sendiri dari rekaman tes berbicara yang ada di internet, dan menggunakan aplikasi khusus untuk mendapatkan masukan kecerdasan buatan (AI) untuk melatih kemampuan menulis, saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti IELTS akademik.
Seluruh persiapan tersebut dilakukan selama satu bulan penuh dengan jadwal semi konsisten dalam waktu liburan kenaikan kelas.
Ketika tes sudah selesai dilakukan, saya awalnya merasa bahwa saya gagal dalam tes menulisnya, namun ternyata mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Saya mendapatkan band 8 dari keseluruhan tesnya, yang termasuk band 8 dari listening, band 8 dari reading, band 8 dari writing dan band 7,5 dari speaking.
Skor tersebut termasuk sangat tinggi untuk writing tetapi sangat biasa untuk skor lainnya, dari semua yang saya dapatkan dari teman, hal yang saya dapatkan pada tesnya sendiri, khususnya terkait writing, ternyata sangat mudah dibandingkan dengan yang lain, apalagi kalau itu hanya satu grafik sederhana dibandingkan tiga grafik sekaligus.
Namun, di sisi sebaliknya juga ada mereka yang tidak langsung mendapatkan nilai yang mereka inginkan langsung. Bagi mereka yang tidak mempunyai bakat awal dalam berbahasa Inggris, hasil IELTS pertama mereka mendekati batas minimalnya dengan kisaran 6,5 sampai 7,0.
Kadang juga bagi yang dapat berkomunikasi dengan baik menggunakan Inggris namun tidak terbiasa dengan bacaan / penulisan akademik masih memiliki kesulitan yang signifikan. Dari semua itu memang IELTS dapat dilihat sebagai sesuatu yang kurang tentu hasilnya, namun bagi siswa yang ingin melanjutkan studinya ke luar negeri itu merupakan hal yang harus dilalui.
Kata-kata Terakhir
Walau sudah ada banyak pengalaman dari berbagai orang terkait IELTS, persiapan dan latihan yang cukup sangat disarankan agar bisa langsung mendapatkan skor yang diinginkan pada tes perdana, belum ditambah dengan biaya pengulangan tes yang dapat dianggap cukup mahal bagi pelajar sekolah.
Sebagai tes yang sudah diakui secara internasional, skor yang baik akan membantu dalam potensi mendapatkan beasiswa, walau dalam prosesnya akan hampir selalu membutuhkan proses lain apabila universitas yang dituju mempunyai peringkat yang tinggi.
Hal yang lebih sulit lagi adalah IELTS merupakan tes yang bukan hanya sekadar hafalan, melainkan juga membutuhkan banyak pengalaman dan pemahaman yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik.
Sedikit data menyatakan bahwa rata-rata skor di Indonesia adalah band 6.5, yang sudah merupakan nilai di atas rata-rata, namun karena demografi masyarakat Indonesia yang sangat berbeda maka kurang dapat ditentukan secara pasti seberapa kesulitannya.
Ada banyak cara seseorang dapat mempersiapkan IELTS, apalagi sekarang dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat. Mulailah dulu dengan mengerti bagaimana teknis IELTS dan rubrik penilaiannya, sebelum mengetahui kelemahan dirimu dan membuat jadwal belajar yang konsisten.
Jika mengikuti kursus, maka harus diikuti dengan sungguh-sungguh ditambah dengan materi terkait. Jika belajar secara mandiri, sebaiknya menggunakan bahan pelatihan IELTS resmi, tetapi juga dapat dilakukan dengan berbagai cara lain setiap harinya, baik dengan mengelilingi diri dengan media Inggris untuk melatih kemampuan membaca, mendengar dan kosa kata.
Untuk kemampuan berbicara dan menulis, sekarang juga dapat dilakukan dengan mempelajari jawaban yang sudah ada di internet (tetapi tidak menjiplak) dan bahkan menggunakan AI untuk balasan langsung (walau masih memiliki banyak keterbatasan). Terlepas dari cara yang diambil, hasil IELTS tidak bisa diperkirakan secara pasti, tetapi persiapan merupakan hal yang selalu harus dilakukan.
Kadang IELTS dapat dianggap paling sederhananya sebagai sebuah tiket, sebuah benda yang memberikan hak kepada seseorang untuk mengakses institusi atau negara asing. Namun, detail-detail penting seperti kemampuan kepemimpinan seseorang merupakan hal lebih lanjut yang memberikan akses lebih lengkapnya pada universitas atau pekerjaan yang dimimpikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H