Transformasi pertama terlihat pada pembelian 42-unit jet tempur multirole Rafale F4 yang diproduksi oleh pabrikan asal Prancis, Dassault Aviation. Rafale menjadi pilihan karena sudah teruji efektifitasnya dalam pertempuran ditambah dengan teknologi canggih yang menyertainya.
Kemenhan sendiri harus menggelontorkan dana hingga 8,1 milyar Euro untuk mendatangkan armada jet tempur generasi 4.5 ini untuk TNI AU. Untuk pemesanannya sendiri dilakukan dalam tiga tahap mulai sejak penandatanganan kontrak pada tahun 2022 silam dengan batch terakhir pemesanan sudah diselesaikan sejak Januari 2024 yang lalu.
Kehadiran jet tempur Rafale ini tentunya akan menambah lini kekuatan armada fighter jet Indonesia yang saat ini diperkuat oleh F16 Fighting Falcon, Sukhoi SU-30, dan Sukhoi SU-27. Selain itu pembelian jet tempur Rafale ini juga menjadi momentum penguatan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Prancis kedepannya.
Dari segi transfer teknologi, ternyata Dassault belum memberikannya secara penuh karena Dassault memiliki persyaratan tersendiri soal transfer teknologi penuh yang dimana Indonesia harus menambah pesanannya lagi hingga genap menjadi 100-unit jet Rafale. Syarat ini juga dapat membawa Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia ke jalur produksi mandiri jet tempur jika transfer teknologi dari Dassault dapat tercapai.
Selain, mengakuisisi jet tempur Rafale F4, Indonesia juga berencana mengakuisisi jet tempur F-15 EX buatan pabrikan perusahaan asal Amerika Serikat, Boeing. Pada Agustus 2023 silam, Kemenhan menandatangani MOU yang berisi komitmen Indonesia untuk membeli 24-unit jet tempur F-15 EX. Sama seperti Rafale, F-15 EX adalah pesawat tempur generasi 4.5.
Sempat lama tidak terdengar kabar kelanjutannya, terkuaklah jika rencana pembelian F-15 EX ternyata tertunda karena pembiayaan untuk mengakuisisinya belum mendapatkan alokasi dari Kementerian Keuangan. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan perwakilan Boeing di Indonesia, Zaid Alami yang mengatakan jika proses akuisisi F-15 EX masih dalam tahap penyelesaian jual dan beli dengan mekanisme pembayaran yang tidak disebutkan. Namun yang pasti, Boeing mengaku optimis jika Indonesia akan tetap melanjutkan akuisisi F-15 EX.
Kemudian, Indonesia juga terlibat dalam proyek pembangunan jet tempur generasi 4.5, KF-21 Boramae dengan Korea Selatan yang dimana pada proyeksi awalnya, Indonesia akan mendapatkan 48-unit jet tempur tersebut.
Namun pada prosesnya ada banyak kendala dan drama yang dihadapi dalam proyek bersama ini mulai pembayaran sebelum produksi yang belum selesai hingga Korea Selatan yang menuduh dua insinyur Indonesia mencuri data jet KF-21 yang tentu saja membuat pihak RI langsung menolak tuduhan tersebut dan mendampingi kedua insinyur tersebut melalui KBRI mereka di Seoul.
Hal ini membuat segalanya menjadi rumit untuk kelanjutan proyek KF-21 Boramae untuk Indonesia yang dimana Kemenhan juga sempat mengajukan "penyesuaian pembayaran" dalam proyek tersebut setelah berbagai pertimbangan yang makin membuat Korsel sempat skeptis soal komitmen Indonesia di proyek jet tempur tersebut. Namun, pada akhirnya menurut laporan terakhir, Korsel menyetujui proposal Indonesia dalam mengurangi porsi pembayaran dalam proyek KF-21 Boramae setelah mempertimbangkan faktor hubungan bilateral dan faktor -- faktor lainnya sehingga proyek bersama KF-21 ini tetap dapat berjalan setelah penyesuaian -- penyesuaian tadi.
Selain lini jet tempur, TNI AU kini sudah memiliki 5-unit pesawat angkut C-130J Super Hercules yang sudah datang dari periode 2023 hingga 2024 saat ini. Kehadiran Super Hercules ini akan menemani 22-unit C-130 Hercules milik Indonesia yang saat ini beberapa unit sedang masuk dalam tahap upgrading.