Ada yang sudah sangat lengkap dengan segala fasilitasnya seperti Dewa United dan Bali United, lalu ada yang baru memiliki kompleks lapangan saja, dan ada pula yang masih sekedar wacana dan rencana. Sementara itu klub yang tidak memiliki fasilitas training center sendiri biasanya menyewa lapangan milik pemerintah atau swasta setiap kali mereka akan berlatih.
Inilah juga letak keuntungan dari klub yang memiliki training center sendiri yang dimana mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya sewa setiap kali mereka ingin latihan sehingga alokasi dana dapat digunakan untuk keperluan lainnya.
Harapannya adalah semakin banyak klub yang memiliki training center pribadi mereka sendiri untuk ke depannya.
Beralih dari stadion dan training center, hal kedua yang harus diperhatikan oleh klub-klub Indonesia adalah memiliki jajaran staff kepelatihan yang lengkap dan mumpuni.
Hal ini sebetulnya berkaca dari bagaimana misalnya Shin Tae Yong menunjuk rekan senegaranya Yeom Ki-Hun untuk menjadi pelatih striker di Timnas Indonesia yang efeknya langsung terasa pada meningkatnya penampilan para ujung tombak tim Garuda seperti Ramadan Sananta, Dimas Drajad, dan Hokky Caraka di level klub.
Sebenarnya disinilah letak ironinya. Timnas seharusnya sudah menerima "produk jadi" dari klub akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya.
Klub-klub pro Indonesia seharusnya lebih banyak berinvestasi untuk memiliki tim kepelatihan yang lengkap dan kompeten. Biasanya dalam sebuah klub professional saat ini, terdapat 3 elemen staff kepelatihan.