Kemudian jaringan jalan tersebut di perpanjang hingga melewati Beneventum, Tarentum, dan Brundisium yang berada di pesisir Laut Adriatik.
Pada masa puncak kejayaannya, Kekaisaran Romawi Kuno memiliki jaringan jalan sepanjang 80.000-kilometer yang menghubungkan seluruh wilayah Romawi mulai dari Inggris bagian utara hingga ke Teluk Persia.
Dalam pembangunan jaringan jalan di Romawi Kuno, banyak tenaga professional yang dilibatkan seperti surveyor area atau yang biasa disebut sebagai "Groma".
Tugas utama dari para surveyor ini adalah untuk menentukan apa yang disebut sebagai "limites" atau batas -- batas jalanan yang akan dibangun serta memastikan bentuk jalanan yang akan dibangun juga membagi wilayah yang di lewatinya dalam bentuk persegi atau persegi panjang.
Orang Romawi lebih menyukai bentuk jalanan yang lurus ketimbang berkelok -- kelok. Hal inilah yang membuat kenapa misalnya orang Romawi lebih memilih untuk membangun jalan langsung melewati puncak bukit ketimbang membuat jalan mengitarinya.
Tujuannya adalah membuat perjalanan lebih nyaman dan memiliki waktu tempuh yang singkat untuk para pejalan kaki dan juga kereta kuda.
Jalanan di masa Romawi Kuno menggunakan campuran berbagai bahan yang diaplikasikan dalam beberapa lapisan yang berbeda yang terdiri dari pasir kering, batu -- batuan berukuran kecil dan sedang yang biasa disebut sebagai statumen, kerikil yang dicampur dengan semen yang biasa disebut Rudus, kemudian pasir yang dicampur dengan semen atau nucleus, dan yang terakhir adalah batu -- batu lebar atau summum dorsum yang di tempatkan di bagian paling atas campuran tadi.
Kombinasi dari bahan -- bahan di atas membuat jalan -- jalan di era Romawi Kuno begitu kuat dan tahan lama. Selain itu, dengan menggunakan campuran bahan -- bahan tadi, orang Romawi Kuno juga sudah memikirkan bagaimana supaya air tidak menggenang di jalan ketika hujan turun karena bahan -- bahan tersebut ketika di aplikasikan dapat menyerap air dengan mudah sehingga jalan tetap dalam kondisi yang kering.