Sehabis membunuh, wajah korban terbayang-bayang. Penuh darah dan rasa bersalah. Tidak bisa tidur sebab dihantui. Kejadian itu benar-benar mengganggu kehidupannya. Mimpi untuk berlibur ke pegunungan Rocky sudah dilupakan oleh Lee Tang.
Rasa bersalah itu sirna. Para korbannya adalah orang yang sudah membunuh. Para penjahat yang tidak mendapatkan penghakiman atas tindakan keji mereka.
Seluruh kota gempar. Televisi-televisi menayangkan kisah pembunuhan ini. Para polisi bergerak menuju ke TKP. Seorang detektif mencurigai seluruh rangkaian kejadian ini berawal dari minimarket. Tempat Lee Tang bekerja.
Namun, jejak-jejak pembunuhan itu rancu. Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) tidak sesuai dengan keterangan para korban. Rangkaian peristiwa aneh juga terjadi. Semua ditujukan untuk melindungi Lee Tang. Seperti ada kekuatan lain yang bekerja untuk menutupi perbuatannya.
Ternyata, sosok Rob Hin di belakang itu semua. Cita-citanya cuman satu, yakni ingin menciptakan dunia dalam impiannya. Ia meyakini hal tersebut setelah mengalami trauma. Ingatan akan orang tuanya yang meninggal dirampok. Tidak seorang pun yang peduli akan kematian itu, walaupun di acara rumah duka sekalipun.
Mereka berdua, Roh Bin dan Lee Tang, menjalani aksi mereka dengan sangat licin. Keduanya saling mengetahui gerak-gerik. Roh Bin punya kecerdasan mengakses teknologi, sedangkan Lee Tang memiliki kenekatan yang kuat. Tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan aksi pembunuhan.
Polisi dibuat kewalahan. Semua tim penyelidikan dibubarkan. Kepala tim juga kena mutasi.
Olok-olokkan film A Killer Paradox menusuk. Tidak diperlukan senjata canggih. Cukup menggunakan pisau atau pentungan. Si pembunuh juga tidak memiliki pistol dengan peluru tajam. Ia benar-benar adalah kita. Orang biasa yang ingin meluapkan rasa muak terhadap ketidakadilan.
Namun, banyak orang menganggap perilaku Roh Bin dan Lee Tang adalah teror. Ia sungguh tidak memiliki hak untuk menghakimi. Perilaku itu tidak ada bedanya dengan kejahatan yang sudah dilakukan oleh penjahat lainnya.
Tidak akan ada sosok superhero di dunia. Impian superhero adalah imajinasi belaka. Orang-orang yang ingin menjadi superhero sejatinya tidak bisa membedakan antara imajinasi dan realitas.
Kejahatan akan terus lahir. Mulai dari yang terberat sampai yang paling ringan. Kita mungkin jengah dengan itu dan juga sistem pembalasannya. Namun, kita melatih diri untuk memaafkan.
Penghakiman sendiri, yang dilakukan oleh Roh Bin dan Lee Tang, hanya akan mengantar kita kepada jurang gelap manusia. Kita hanya akan berusaha lari dari kesalahan. Menganggap bahwa segala sesuatunya seperti berpihak. Berhasil lolos dari sana lalu terjerembab lagi.