Mohon tunggu...
William Gunawan
William Gunawan Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Pundit dan Dokter. Sedang berdomisili di Mandori, Biak-Numfor

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kebebasan Manusia Le Regne Animal

13 Februari 2024   19:22 Diperbarui: 13 Februari 2024   19:37 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Awal cerita dibuka dengan Emile Marindaze di dalam mobil. Ia bersama dengan ayahnya, Francois Marindaze, dan anjingnya. Mereka terjebak dalam sebuah kemacetan panjang di jantung kota. Konflik pertengkaran ayah-anak ini membuatnya meninggalkan mobil.


Sang ayah meninggalkan mobil untuk mengejar Emil. Sebuah peristiwa aneh muncul. Sebuah ambulans tengah berusaha menenangkan orang sakit yang mengamuk didalamnya. Ia keluar dari ambulans. Pasien ternyata adalah manusia mutan memiliki sayap di antara ketiaknya. Muka sejajar hidung dan mulut dibebat dengan perban.


Cakar kuat mencengkram baja mobil. Emil dan ayahnya begitu ketakutan. Tatapan kejam menatap keduanya. Monster mengerikan itu kabur meninggalkan mereka.


Mereka bukan pertama kali melihat manusia mutan. Lana, ibu Emile, juga adalah manusia mutan. Perempuan tercinta mereka berubah menjadi binatang berbulu dan bercakar.


Kamar rawat Lana penuh dengan bekas cakaran cakar tajam. Tidak ada senyum manis di bibirnya Ia lupa pada Emil dan suaminya. Sang ibu berubah. Ia hanya memiliki tatapan tajam. Manusia mutan dengan insting hewan yang hanya ingin mengenali mereka apakah sebagai musuh yang berusaha mengancam kelangsungan hidupnya.


Alur film yang datar berusaha mengantar penonton untuk mengenal siapa Emile. Aroma film drama keluarga tiba-tiba berubah menjadi rasa petualangan. Tepatnya, ketika Francois Marindaze pindah ke sebuah tempat agar Emile bisa bersekolah. Kejadian aneh pun terjadi pada diri Emile.


Pelan-pelan, kuku cakar tajam mencuat dari daging kuku. Emile ketakutan hingga berusaha sendiri mencabut itu. Tulang belakang mencuat. Kelihatan ingin melompat menembus lapis kulit. Saat menghadiri acara malam, Emile menjilat tangan seorang perempuan temannya.


Perilaku aneh ini semakin tegas. Perlahan-lahan, Emile bisa berjalan namun tidak layaknya seorang manusia. Tidak pelak, kesehariannya naik sepeda lenyap hilang. Ia lupa bagaimana mengayuh pedal sepeda.


Saya betul-betul tercengang menonton. Kubayangkan meja kerja penulis cerita film Le Regne Animal penuh dengan kertas yang berserakan. Kertas ini penuh dengan coretan. Mencoret lalu menulis ulang lagi sampai akhirnya menemukan yang terbaik.


Sang penulis berusaha untuk menyajikan kritik sosial kepada penonton. Namun, ia harus bersembunyi di dalam lapisan-lapisan yang tidak boleh disadari. Hanya bisa dicecap oleh mereka yang tidak hanya sekedar menonton. Ibarat membaca koran. Sambil lalu untuk menghabiskan waktu senggang.


Kegiatan menonton yang mesti diulang berkali-kali. Meresapi ide-ide sulit. Hingga akhirnya bisa membuka lapisan-lapisan kritik itu yang ternyata sangat luas kiranya. Mengolok-olok manusia, dengan cara paling lembut. Membuat manusia menjadi manusia binatang yang bermutasi tanpa sebab.


Sang penulis mengulangi beberapa pesan kebebasan, pembebasan. Bukan sebagai free, melainkan freedom. Juga menawarkan apakah sesungguhnya liberte, egalite, dan fraternite itu sendiri. Tidak hanya itu, Le Regne Animal juga menggugat komitmen manusia terhadap alam.


Komitmen ini sudah lama diingkar. Manusia berusaha seolah-oleh memisahkan diri dengan alam. Kita mengubah gunung besar. Memecahnya lalu membangun hutan beton. Petualangan Emile sebagian besar dihabiskan di dalam hutan belantara. Mata kita sebagai penonton segar melihat hijau dedaunan pepohonan.


Kita membangun hutan kita sendiri. Selain beton, juga berbagai macam aturan interaksi di dalamnya. Manusia akan memisahkan liyan. Mengidentifikasi dan memisahkan yang berbeda. Liyan sejatinya berbeda dan berlawanan dengan diri. Liyan realitas yang ada. Pengalaman ada bersama dengan yang lain ini membawa konsekuensi bahwa diri juga ada bagi yang lain.


Manusia binatang mutasi akan berusaha ditangkap. Ia sudah berbeda dengan kita manusia. Ia adalah liyan. Tidak mungkin manusia memiliki sayap, cakar, paruh yang tajam. Juga dapat mengubah bentuk seperti bunglon. Kita manusia dan bukan manusia apabila memiliki lidah panjang dan mengonsumsi serangga.


Namun, Emile dan ayahnya berbeda. Mereka tetap menerima manusia binatang mutase sebagai manusia. Ayahnya melindungi seorang manusia bermutasi kulit trenggiling di pusat perbelanjaan. Tidak melaporkan kepada polisi agar ditangkap.


Begitu juga dengan Emile. Bahkan, ia tetap menerima manusia binatang mutasi elang sebagai seorang manusia. Berkenalan dan menanyakan namanya. Bahkan, ia membawakan makanan mentah dan tidak mencemooh.


Emile mendukung Fix, manusia binatang mutasi elang. Menunjukkan bagaimana fungsi sebenarnya dari sebuah pendidikan. Tidak harus mengajarkan membaca. Melainkan mengajarkan menguatkan kepak sayap. Fix belajar untuk mengenal dirinya sendiri hingga akhirnya bisa terbang untuk bertahan hidup.


Perkara bebas dan kebebasan sulit untuk dicerna. Ia lapisan paling tebal. Jika berusaha dibuka, akan semakin mengurungmu ke dalam labirin. Padahal, ia menemanimu duduk di sampingmu. Ngobrol santai sambil engkau memutar stir kemudi.


Apakah freedom dan liberte seperti tindakan Fix yang memberontak untuk keluar dari ambulans? Apakah ia seperti Lana yang menatap Francois Marindaze di tengah gelap malam sebelum berpisah?


Yang pastinya, ia bukan sebuah perebutan cinta. Dua orang laki-laki, Emile dan Francois, ayah-bapa yang berebut perempuan, Lana. Persaingan mencari, tetapi sedang memperebutkan ibunya dari tangan ayahnya. Kedua laki-laki itu berkompetisi. Ayahnya melihat Lana pergi meninggalkannya. Sementara, Emile menduga ibu mendekatinya, tetapi wujud bukan lagi ibunya.


Pertanyaan atau anggapan akan freedom dan juga liberte akan terus menggelimang. Ia berserakan. Dicecap dan diduga-duga. Kita ingin itu, tetapi kita akan menyembunyikannya. Membohongi diri kita sendiri. Lari dan dikejar-kejar. Tiba pada waktunya, sesorang akan mempersilahkan kita merasakannya.


Saya justru menduga, sang penulis kebingungan menyajikan freedom dan liberte. Sampai akhirnya, Fix dibunuh. Yah, benar. Kebebasan yang terbaik adalah kematian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun