Mohon tunggu...
willemrawung
willemrawung Mohon Tunggu... Guru - Hidup untuk memanusiakan manusia

Kehidupan ada karena cinta dan anugerah maka indahkanlah kehidupan sebelum hati itu padam.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aset: Adil, Sinergi, Efisien dan Terampil

5 Maret 2022   19:08 Diperbarui: 5 Maret 2022   19:10 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai seorang manusia siapa yang tidak senang kalau berbicara tentang aset? Masyarakat awam memahami bahwa aset identik dengan kekayaan, harta milik atau kekayaan finansial. Saya pun sering kali terjebak pada pemahaman ini. Karena mendengar kata A-S-E-T seolah-oleh mendengar "surga" di telinga yang enak sekali didengar tetapi ribet, sulit dan terkadang tidak dapat dijangkau. Pertanyaan seperti inilah yang sering ditayakan ketika berbicara aset? 

Berapa aset yang kamu miliki? Aset-aset apa saja yang ada punya? Di taruh dimana saja aset yang anda miliki? Membayangkan hal ini pasti jawaban kita adalah "pasti secara finansial mereka sangat makmur. Aset mereka bertebaran dimana saja. Aset mereka sudah tidak ada tempat lagi untuk menyimpannya. Jika pemahaman pembaca dan saya seperti paragraf di atas, maka saya dan ada terjebak dengan pemikiran duniawi belaka bahwa aset melulu tentang hal finansial.

Saya pun sebelum mendapatkan materi tentang guru penggerak khususnya berbicara tentang aset  tidak mengetahui persis bahwa ternyata aset terdiri dari tujuh bagian pokok yang harus dimiliki oleh sebuah komunitas. 

Green dan Haies (2002) dalam bukuya "Asset building and community development" menyebutkan ketujuh aset tersebut yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dari pemaparan Green dan Haies ternyata modal finansial ada pada urutan kelima aset yang harus ada dalam sebuah komuitas. Aspek yang paling utama justru manusia.

Dalam refleksi saya, mengapa manusia ditempatkan pada unsur yang pertama? Sebenarnya sudah sangat jelas, tidak mungkin dalam dunia pendidikan lalu tidak ada guru atau murid atau sarana prasarana. Dalam bahasa biologi berkaitan dengan faktor biotik dan abiotik. 

Biotik yaitu murid, guru, kepala sekolah, tenaga kepedidikan, orang tua, pengawas dan masyarakat sekitar, sedangkan abiotik terkait dengan sarana prasarana dan keuangan. Ternyata unsur yang dibicarakan pada paragraf pertama di atas membuka refleksi saya bahwa yang dibicarakan hanyalah pada tataran aspek abiotik dan tidak satupun terkait dengan unsur biotik.

Dalam dunia pendidikan, tentu berbeda dengan dunia yang lain terkait aset. Aset paling utama dalam pendidikan adalah modal manusianya. Karena modal manusia yaitu guru, murid, kepala sekolah, pegawai, orang tua, dan lain-lain. Bagaimana kalau sekolah lalu tidak punya murid, guru, kepala sekolah? Tentu akan membingungkan. 

Saya meyakini bahwa modal manusia menjadi esensi dasar sekolah. modal ini tidak dapat digantikan atau tidak dapat diadakan oleh siapapun. Modal ini dengan sedirinya independent dan harus ada karena dirinya. Mau tidak mau modal manusia fondasi utama penyeleggaraan pendidikan. Modal manusia harus ditunjang dengan modal fisik yaitu bagaimana operasional sekolah ditunjang dengan sarana prasarana. 

Tidak mungkin ada sekolah lalu tidak memiliki gedung atau ruang kelas atau ruang belajar atau lapangan. Minimal ini yang harus ada di sekolah selain modal utama manusia. Faktor penunjang ini akan menjadi pembeda dan pengkategorian sekolah dalam masyarakat.

Refleksi saya pada minggu ini justru saya menemukan hal yang menarik yaitu aset lain sebagai penunjang sekolah yaitu modal agama dan budaya. Secara langsung hal ini sebenarnya sudah ada dalam masyarakat, tetapi bagaimana pelaksanannya di sekolah tentu sangat menarik untuk dicermati. Mengingat aset ini sangat sensitif tetapi amat berpegaruh dalam perkembagan sekolah.

Berkaca pada pengalaman sekolah tempat mengajar yang statusnya sekolah swasta. Aset ini (agama) sangat penting, bagaimana membangun kepercayaan masyarakat dan membuat warga sekolah memiliki nilai tolerasi yang kuat. SMAS Rex Mundi didirikan oleh Yayasan Joseph Yeemye berciri khas Katolik tetapi murid yang menempuh pendidikan mayoritas bukan beragama Katolik. 

Pengakuan masyarakat akan modal agama sangat kuat. Sekolah menempatkan diri sebagaimana mestinya dan tidak pernah memaksakan murid untuk memeluk agama dan keyakinan sekolah tetapi kebebasan setiap murid mengembangkan diri sesuai agama dan keyakinan masing-masing.

Refleksi saya akhirnya mengakui bahwa sekolah sangat meghargai budaya yang tercipta dari daerah. Budaya sangat kental dan coba dipraktekkan dan menjadi bagian dari hidup di sekolah. seperti mempertahakan tari-tarian daerah, lagu daerah dan tradisi yang lahir dari budaya Minahasa. 

Kekurangan yang paling dirasakan yaitu tidak ada pembelajaran tentang bahasa daerah. Padahal bahasa daerah khususnya di Minahasa (Tombulu, Tonsea) sudah semakin memudar dan mencari penutur aktif sudah sangat sulit. Ini aset daerah yang seharusnya ada dalam sekolah, tetapi saya menyadari kekurangan ini dan berharap bahasa daerah dapat diajarkan kembali di sekolah-sekolah pada semua tingkatan.

Persoalan yang akan dihadapi ketika bahasa daerah diajarkan di sekolah adalah sulitnya mencari tenaga guru yang benar-benar kompeten dan profesional. Sekarang lebih mudah mencari guru bahasa asing yang profesional dibanding guru bahasa daerah, Tombulu, Tonsea yang profesional artinya diakui memiliki ijazah. 

Rekan-rekan guru juga sebenarnya sudah menyadari bahwa inilah salah satu kekurangan yang perlu diperbaiki menyangkut aset daerah di dalam sekolah. Ini membutuhkan pemikiran bersama dan perlu dicari jalan keluarnya supaya budaya kita jangan sampai tergerus oleh jaman dan akhirnya bahasa daerah hilang yang mengakibatkan hilangnya jati diri kita sebagai orang Minahasa.

Pada akhir refleksi ini saya menemukan arti ASET yang dapat diterangkan dalam kata per kata yaitu Adil, Sinergi, Efisien, Terampil. A=dil artinya penggunaan dan pengembangan aset harus memperhitungkan aspek dan prinsip keadilan. S=inergi yaitu memaksimalkan aset yang ada harus melalui sinergi antara pihak sekolah, guru, murid, orang tua, pemerintah, yayasan dan aset lain. 

E=fisien berarti aset harus digunakan seefisien mungkin dengan menggunakan potensi yang dimiliki oleh sekolah. T=erampil artinya butuh keterampilan mengolah aset dan penggunaanya. Aset yang perlu diperbaiki dapat diperbaiki, dikembangkan apabila masih punya potensi, dimanfaatkan jika masih menghasilkan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun