Mohon tunggu...
Wiliams Flavian Pita Roja
Wiliams Flavian Pita Roja Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Bachelor of Philosophy

Sarjana Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Istilah-istilah Kontemporer Sebelum dan Sesudah Disrupsi (Part I)

7 Mei 2024   09:45 Diperbarui: 7 Mei 2024   09:46 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Bing Creator AI

Dalam lintasan sejarah manusia, terdapat berbagai era yang secara jelas mempengaruhi peradaban manusia dan berimplikasi pada seluruh aspek hidup manusia itu sendiri. Bagian ini memaparkan empat istilah yang dipandang memiliki kaitan penting dengan konsep disrupsi. Empat istilah ini tidak dimaksudkan untuk mengabaikan revolusi-revolusi besar dalam sejarah umat manusia seperti revolusi industri yang terjadi antara tahun 1750 -- 1850 di mana perubahan besar dalam bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Empat istilah yang diangkat pada poin ini mencakup perubahan-perubahan besar tersebut dan dilihat dalam kaitannya dengan disrupsi.

A. Globalisasi 

Globalisasi sudah tidak menjadi istilah yang asing lagi bagi mayoritas masyarakat masa kini. Istilahini selalu dikaitkan dengan perkembangan keterbukaan akses data dan informasi, relasi ekonomi (perdagangan), konektifitas antar negara yang melampaui batas-batas yang sebelumnya dianggap wajar, westernisasi dan lain sebagainya. Sebagai sebuah istilah, globalisasi sebenarnya sudah populer sejak sekitar dua puluh tahun yang lalu sedangkan sebagai sebuah ideologi, globalisasi sudah dimulai sejak sekitar lima belas atau sepuluh tahun yang lalu (Suhartini, 2003: 4).  Namun bentuknya sendiri sudah terlihat berabad-abad lamanya sejak abad 19. Globalisasi dikatakan sebagai ideologi karena menjadi begitu hidup dalam tatanan sosial suatu masyarakat yang ditandai perkembangan teknologi yang kian canggih dan menggiring pada keterbukaan akses dalam relasi sosial, entah itu di dunia nyata atau mungkin terlebih khusus di dunia maya.

1) Globalisasi Abad 21

Ada perbedaan mencolok antara globalisasi di abad sembilan belas dan globalisasi pada abad ke dua puluh dengan globalisasi pada abad ke -- 21. Bentuk modern dari globalisasi lebih "cepat dan lebih tebal." Globalisasi abad ke 19 memang lebih identik dengan pengaruh imperialisme Eropa, sedangkan pada abad ini globalisasi ditandai dengan revolusi informasi (Suhartini). Bentuknya lebih khas dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Di sini jelas bahwa disrupsi mulai mendapat bentuknya meski masih sangat primer.

Globalisasi menciptakan ekspansi jaringan antar negara yang mempengaruhi kebijakan, regulasi dan praktik yang semula. Dasarnya adalah revolusi informasi yang menunjukan pengaruhnya begitu kuat pada abad ini. Sumbangan yang sangat berarti dari revolusi informasi pada abad ini ialah kecepatan dan ketebalan jaringan komunikasi dan informasi, meskipun kenyataanya bahwa "ketebalan" informasi ini tidak selalu seragam, bervariasi sesuai dengan wilayah, lokalitas dan isu.Di masa kita, situasi ini ditandai dengan maraknya berita bohong atau hoax dan penyalahgunaan media sosial yang berimbas pada terjadinya konflik antar individu bahkan kelompok.

2) Globalisasi 4.0

World Economi Forum 2019 mengusung tema Globalisasi 4.0. Forum ini melihat perkembangan globalisasi yang telah melalui tiga fase penting. Fase globalisasi pertama terjadi pada tahun 1820 -- 1914 yang ditandai dengan penemuan mesin uap dan revolusi industri. Fase kedua berlangsung sejak akhir Perang Dunia II adalah sekitar akhir tahun 1990.

Tidak dijelaskan lebih lanjut apa yang menandai fase globalisasi kedua ini, alasan yang mungkin masuk akal ialah pengaruh Perang Dunia II yang mengubah relasi global secara signifikan. Kemudian fase yang ketiga adalah fase yang dinamakan "hiperglobalisasi", yang ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin dan bangkitnya kekuatan-kekuatan ekonomi negara-negara seperti Cina dan India yang kemudian menggiring pada fase globalisasi keempat (Aprianto Cahyo Nugroho).

Secara lebih sederhana, cara membedakan tiga fase globalisasi dengan globalisasi 4.0 antara lain adalah jika tiga fase globalisasi berkaitan dengan perdagangan barang, maka fase keempat berkaitan dengan cara kerja yang memanfaat teknologi digital. Fase ini menuntut pekerja yang profesional di bidangnya sehingga para pekerja kerah biru (istilah untuk pekerja tanpa keterampilan khusus) kehilangan tempatnya.

Richard Baldwin berbicara tentang fase Globalisasi 4.0. Dalam bukunya The Globotics Upheaval, ia melihat telemirasi sebagai fase baru dari globalisasi modern(2019: 2). Telemigrasi adalah keadaan dimana orang tidak perlu lagi keluar dari tempat mereka berada (rumah misalnya) untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Konsekuensinya, globalisasi menciptakan kompetisi internasional yang melibatkan ratusan juta orang di seluruh dunia yang memanfaatkan revolusi informasi untuk pekerjaan mereka, dan ini menuntut profesionalitas sebagai kriteria demi persaingan tersebut. Di sisi lain, mereka yang tak siap untuk ini, harus tergusur dari pasar internasional.

B. Postmodernisme
Untuk memahami istilah postmodernisme sendiri, perlu dilihat terlebih dahulu artinya secara etimologis. Dalam kata "postmodernisme" sendiri, ada tiga suku kata yang terkandung. Kata post adalah kata dalam bahasa Latin berarti "yang kemudian", "sesudah atau berikutnya", tetapi juga arti lainnya berarti "di belakang". Kata modern juga berasal dari bahasa Latin, yakni modernus yang berarti "sekarang", yang dalam konteks perkembangan zaman berarti "kekinian", "kemutakhiran", yang dihadapkan dengan kata kuno atau yang lama. Dengan demikian istilah ini menekankan perbedaan kondisi sebelumnya atau kondisi yang lama dengan kondisi yang baru. Maka preposisi post jika disatukan dengan kata modern berarti yang sesudah yang modern atau yang mengikuti yang modern (Willy Gaut, 2019: 14-15).

 Penambahan kata isme yang dalam bahasa inggris berarti tindakan, aliran, praktik keadaan doktrin atau sistem, memberikan pemaknaan yang jauh berbeda dari pengertian etimologisnya. Modernisme berarti rangkaian gerakan dan pemikiran yang mencari penyesuaian antara sains dan agama atau kritisisme historis dalam kepercayaan agama (iman). Konteksnya adalah pengaruh Kekristenan Barat pada paruh abad XIX.

Dalam konteks filsafat, modernisme merupakan pandangan akan dunia tertentu yang diinspirasikan oleh Descartes dan dikokohkan pada masa pencerahan. Situasi yang demikian telah melahirkan gambaran dunia dan tatanan sosial memberikan konsekuensi buruk bagi masyarakat. Permasalahan serius yang dihasilkan antara lain pandangan dualistik yang membagi seluruh kenyataan menjadi subjek dan objek, spiritual -- material, manusia -- dunia dan lain sebagainya. Nilai-nilai moral dan religius kehilangan wibawanya sehingga kriminalitas dan kekerasan mengalami peningkatan, militerisme, materialisme, hingga Tribalisme (mentalitas yang menganggap suku atau kelompok sendiri lebih unggul dari yang lain)

Istilah postmodernisme terus berkembang ke berbagai wilayah kehidupan masyarakat. Pada wilayah budaya postmodernisme muncul berkat dominasi teknologi reproduksi dalam jaringan yang lebih luas, mekanisasi, yang menyebabkan masyarakat modern mengalami implosi (ledakan ke dalam) atau peleburan segala batas wilayah dan perbedaan antara budaya tinggi dan budaya rendah, penampilan dan kenyataan, dan segala yang dipelihara oleh teori sosial dan filsafat tradisional.

Dalam lingkungan filsafat, postmodernisme diperkenalkan oleh Jean Francois Leytoard dalam bukunya The Postmodern Condition: A Report on knowledge. Postmodernisme dalam pandangannya adalah saat di mana nihilisme, anarkisme, dan pluralisme "permainan bahasa" merajalela. Periode di mana segala sesuatu dilegitimasikan, yang mana muncul ketidakpercayaan terhadap apa yang ia sebut "narasi besar" seperti kebebasan, kemajuan, emansipasi kaum proletar dan sebagainya. Ia menyimpulkan bahwa postmodernisme tidak lain adalah upaya tak henti-hentinya mencari kebaruan, eksperimentasi dan revolusi kehidupan terus-menerus. Postmodernisme juga dilihat sebagai penolakan terhadap filsafat metafisis, filsafat sejarah dan segala bentuk pemikiran seperti marxisme, hegelianisme dan lain sebagainya (Bambang, S., 1996: 30-31).

Postmodernisme memberikan pergeseran yang signifikan dari era globalisasi. Munculnya sikap skeptis yang berusaha menegasi hal-hal yang tak mampu dibuktikan secara mendasar membuat istilah ini menjadi kontroversial dan memberi efek yang mengejutkan karena menggugat kemapanan filsafat metafisis, filsafat tradisional, bentuk pemikiran seperti marxisme dan lain sebagainya.

Pesatnya perkembangan pada era globalisasi menjadi lebih kokoh dalam postmodernisme. Dominasi teknologi, mekanisasi, adalah bentuk pengaruh postmodernisme pada ranah budaya masyarakat dan menyumbang yang buruk pada tatanan sosial masyarakat karena menciptakan materialisme atau militerisme seperti yang sudah disinggung di atas. Bentuk konkret ini menjadi benang merah antara postmodernisme dan disrupsi yang juga jelas menggeser tatanan sosial dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun