Mohon tunggu...
Wiliams Flavian Pita Roja
Wiliams Flavian Pita Roja Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Bachelor of Philosophy

Sarjana Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Istilah-istilah Kontemporer Sebelum dan Sesudah Disrupsi (Part I)

7 Mei 2024   09:45 Diperbarui: 7 Mei 2024   09:46 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Bing Creator AI

B. Postmodernisme
Untuk memahami istilah postmodernisme sendiri, perlu dilihat terlebih dahulu artinya secara etimologis. Dalam kata "postmodernisme" sendiri, ada tiga suku kata yang terkandung. Kata post adalah kata dalam bahasa Latin berarti "yang kemudian", "sesudah atau berikutnya", tetapi juga arti lainnya berarti "di belakang". Kata modern juga berasal dari bahasa Latin, yakni modernus yang berarti "sekarang", yang dalam konteks perkembangan zaman berarti "kekinian", "kemutakhiran", yang dihadapkan dengan kata kuno atau yang lama. Dengan demikian istilah ini menekankan perbedaan kondisi sebelumnya atau kondisi yang lama dengan kondisi yang baru. Maka preposisi post jika disatukan dengan kata modern berarti yang sesudah yang modern atau yang mengikuti yang modern (Willy Gaut, 2019: 14-15).

 Penambahan kata isme yang dalam bahasa inggris berarti tindakan, aliran, praktik keadaan doktrin atau sistem, memberikan pemaknaan yang jauh berbeda dari pengertian etimologisnya. Modernisme berarti rangkaian gerakan dan pemikiran yang mencari penyesuaian antara sains dan agama atau kritisisme historis dalam kepercayaan agama (iman). Konteksnya adalah pengaruh Kekristenan Barat pada paruh abad XIX.

Dalam konteks filsafat, modernisme merupakan pandangan akan dunia tertentu yang diinspirasikan oleh Descartes dan dikokohkan pada masa pencerahan. Situasi yang demikian telah melahirkan gambaran dunia dan tatanan sosial memberikan konsekuensi buruk bagi masyarakat. Permasalahan serius yang dihasilkan antara lain pandangan dualistik yang membagi seluruh kenyataan menjadi subjek dan objek, spiritual -- material, manusia -- dunia dan lain sebagainya. Nilai-nilai moral dan religius kehilangan wibawanya sehingga kriminalitas dan kekerasan mengalami peningkatan, militerisme, materialisme, hingga Tribalisme (mentalitas yang menganggap suku atau kelompok sendiri lebih unggul dari yang lain)

Istilah postmodernisme terus berkembang ke berbagai wilayah kehidupan masyarakat. Pada wilayah budaya postmodernisme muncul berkat dominasi teknologi reproduksi dalam jaringan yang lebih luas, mekanisasi, yang menyebabkan masyarakat modern mengalami implosi (ledakan ke dalam) atau peleburan segala batas wilayah dan perbedaan antara budaya tinggi dan budaya rendah, penampilan dan kenyataan, dan segala yang dipelihara oleh teori sosial dan filsafat tradisional.

Dalam lingkungan filsafat, postmodernisme diperkenalkan oleh Jean Francois Leytoard dalam bukunya The Postmodern Condition: A Report on knowledge. Postmodernisme dalam pandangannya adalah saat di mana nihilisme, anarkisme, dan pluralisme "permainan bahasa" merajalela. Periode di mana segala sesuatu dilegitimasikan, yang mana muncul ketidakpercayaan terhadap apa yang ia sebut "narasi besar" seperti kebebasan, kemajuan, emansipasi kaum proletar dan sebagainya. Ia menyimpulkan bahwa postmodernisme tidak lain adalah upaya tak henti-hentinya mencari kebaruan, eksperimentasi dan revolusi kehidupan terus-menerus. Postmodernisme juga dilihat sebagai penolakan terhadap filsafat metafisis, filsafat sejarah dan segala bentuk pemikiran seperti marxisme, hegelianisme dan lain sebagainya (Bambang, S., 1996: 30-31).

Postmodernisme memberikan pergeseran yang signifikan dari era globalisasi. Munculnya sikap skeptis yang berusaha menegasi hal-hal yang tak mampu dibuktikan secara mendasar membuat istilah ini menjadi kontroversial dan memberi efek yang mengejutkan karena menggugat kemapanan filsafat metafisis, filsafat tradisional, bentuk pemikiran seperti marxisme dan lain sebagainya.

Pesatnya perkembangan pada era globalisasi menjadi lebih kokoh dalam postmodernisme. Dominasi teknologi, mekanisasi, adalah bentuk pengaruh postmodernisme pada ranah budaya masyarakat dan menyumbang yang buruk pada tatanan sosial masyarakat karena menciptakan materialisme atau militerisme seperti yang sudah disinggung di atas. Bentuk konkret ini menjadi benang merah antara postmodernisme dan disrupsi yang juga jelas menggeser tatanan sosial dalam masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun