disrupsi. Empat istilah ini tidak dimaksudkan untuk mengabaikan revolusi-revolusi besar dalam sejarah umat manusia seperti revolusi industri yang terjadi antara tahun 1750 -- 1850 di mana perubahan besar dalam bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Empat istilah yang diangkat pada poin ini mencakup perubahan-perubahan besar tersebut dan dilihat dalam kaitannya dengan disrupsi.
Dalam lintasan sejarah manusia, terdapat berbagai era yang secara jelas mempengaruhi peradaban manusia dan berimplikasi pada seluruh aspek hidup manusia itu sendiri. Bagian ini memaparkan empat istilah yang dipandang memiliki kaitan penting dengan konsepA. GlobalisasiÂ
Globalisasi sudah tidak menjadi istilah yang asing lagi bagi mayoritas masyarakat masa kini. Istilahini selalu dikaitkan dengan perkembangan keterbukaan akses data dan informasi, relasi ekonomi (perdagangan), konektifitas antar negara yang melampaui batas-batas yang sebelumnya dianggap wajar, westernisasi dan lain sebagainya. Sebagai sebuah istilah, globalisasi sebenarnya sudah populer sejak sekitar dua puluh tahun yang lalu sedangkan sebagai sebuah ideologi, globalisasi sudah dimulai sejak sekitar lima belas atau sepuluh tahun yang lalu (Suhartini, 2003: 4). Â Namun bentuknya sendiri sudah terlihat berabad-abad lamanya sejak abad 19. Globalisasi dikatakan sebagai ideologi karena menjadi begitu hidup dalam tatanan sosial suatu masyarakat yang ditandai perkembangan teknologi yang kian canggih dan menggiring pada keterbukaan akses dalam relasi sosial, entah itu di dunia nyata atau mungkin terlebih khusus di dunia maya.
1) Globalisasi Abad 21
Ada perbedaan mencolok antara globalisasi di abad sembilan belas dan globalisasi pada abad ke dua puluh dengan globalisasi pada abad ke -- 21. Bentuk modern dari globalisasi lebih "cepat dan lebih tebal." Globalisasi abad ke 19 memang lebih identik dengan pengaruh imperialisme Eropa, sedangkan pada abad ini globalisasi ditandai dengan revolusi informasi (Suhartini). Bentuknya lebih khas dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Di sini jelas bahwa disrupsi mulai mendapat bentuknya meski masih sangat primer.
Globalisasi menciptakan ekspansi jaringan antar negara yang mempengaruhi kebijakan, regulasi dan praktik yang semula. Dasarnya adalah revolusi informasi yang menunjukan pengaruhnya begitu kuat pada abad ini. Sumbangan yang sangat berarti dari revolusi informasi pada abad ini ialah kecepatan dan ketebalan jaringan komunikasi dan informasi, meskipun kenyataanya bahwa "ketebalan" informasi ini tidak selalu seragam, bervariasi sesuai dengan wilayah, lokalitas dan isu.Di masa kita, situasi ini ditandai dengan maraknya berita bohong atau hoax dan penyalahgunaan media sosial yang berimbas pada terjadinya konflik antar individu bahkan kelompok.
2) Globalisasi 4.0
World Economi Forum 2019 mengusung tema Globalisasi 4.0. Forum ini melihat perkembangan globalisasi yang telah melalui tiga fase penting. Fase globalisasi pertama terjadi pada tahun 1820 -- 1914 yang ditandai dengan penemuan mesin uap dan revolusi industri. Fase kedua berlangsung sejak akhir Perang Dunia II adalah sekitar akhir tahun 1990.
Tidak dijelaskan lebih lanjut apa yang menandai fase globalisasi kedua ini, alasan yang mungkin masuk akal ialah pengaruh Perang Dunia II yang mengubah relasi global secara signifikan. Kemudian fase yang ketiga adalah fase yang dinamakan "hiperglobalisasi", yang ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin dan bangkitnya kekuatan-kekuatan ekonomi negara-negara seperti Cina dan India yang kemudian menggiring pada fase globalisasi keempat (Aprianto Cahyo Nugroho).
Secara lebih sederhana, cara membedakan tiga fase globalisasi dengan globalisasi 4.0 antara lain adalah jika tiga fase globalisasi berkaitan dengan perdagangan barang, maka fase keempat berkaitan dengan cara kerja yang memanfaat teknologi digital. Fase ini menuntut pekerja yang profesional di bidangnya sehingga para pekerja kerah biru (istilah untuk pekerja tanpa keterampilan khusus) kehilangan tempatnya.
Richard Baldwin berbicara tentang fase Globalisasi 4.0. Dalam bukunya The Globotics Upheaval, ia melihat telemirasi sebagai fase baru dari globalisasi modern(2019: 2). Telemigrasi adalah keadaan dimana orang tidak perlu lagi keluar dari tempat mereka berada (rumah misalnya) untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Konsekuensinya, globalisasi menciptakan kompetisi internasional yang melibatkan ratusan juta orang di seluruh dunia yang memanfaatkan revolusi informasi untuk pekerjaan mereka, dan ini menuntut profesionalitas sebagai kriteria demi persaingan tersebut. Di sisi lain, mereka yang tak siap untuk ini, harus tergusur dari pasar internasional.