Mohon tunggu...
Wiliams Flavian Pita Roja
Wiliams Flavian Pita Roja Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Bachelor of Philosophy

Sarjana Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keluarga adalah Landasan Dasar dalam Pendidikan Karakater

27 Mei 2018   19:25 Diperbarui: 27 Mei 2018   19:58 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(bali.tribunnews.com)

Ditulis oleh;  Argonius

Mahasiswa Semester  IV

Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STF-SP)

Jl. Raya: Manado-Tomohon, Km. 9 (Sulawesi Utara)

Tujuan didirikannya sekolah atau institusi dan lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi yakni untuk mendidik, membina dan membangun karakter anak bangsa supaya menjadi manusia yang berkarakter hidup sesuai dengan nilai-nilai kemanusian. Berhasil tidaknya  suatu pendidikan, tidak bisa hanya dilihat dan dinilai dari pintar, cerdas dan berprestasinya seorang anak, melainkan juga dilihat sejauh mana kematangan karakter seseorang.

Sebab karakterlah yang menjadi "pokok utama" dalam pertumbuhkembangan diri seseorang. Bila karakter seseorang baik, ia akan memiliki sebuah prestasi yang baik juga. Prestasi yang saya maksudkan disini ialah suatu prestasi yang memang hidup dari hati dan nurani seseorang yang memang "mendarah daging" dalam dirinya dan bukan prestasi karena dinilai atau penilaian semata-mata dari orang lain saja, tetapi memang muncul dari kedalaman pribadi seseorang yang telah ditanamkan oleh orang tua.

Jika sebuah prestasi itu hanya kasat mata hasil dari penilaian orang, hal itu akan cepat berubah dan menghilang, dasarnya manusia itu akan selalu mangalami suatu perubahan secara terus-menerus, dan bila prestasi itu memang muncul dari dalam diri dan diperkuat oleh penilaian orang lain, karakter orang akan tetap bertumbuh bersama sang waktu.

Pendidikan karakter seseorang itu sebenarnya sudah dimulai dari keluarga, mengapa demikian? Kaluarga adalah "sekolah awal" bagi seorang anak untuk belajar mengerti, mengenal, mengetahui dan mempelajari baik buruknya suatu tindakan atau perbuatan. Keluarga adalah tempat dimana seseorang dilatih dan dididik untuk menanamkan sebuah nilai dan karakter diri yang baik dan berguna bagi masyarakat.

Yang menjadi pertanyaan disini ialah kapan dan bagaimana cara keluarga terlebih khusus orang tua menanamkan nilai dan karakter kepada diri anak-anak? Dalam pengalaman saya sendiri, cara orang tua menanamkan suatu nilai dan karakter pada anak-anaknya yakni ketika saat makan bersama. Saat itu sebuah moment dimana orang tua mengajarkan nilai dan menumbuhkan karakter dalam diri seseorang. Moment kebersamaan inilah yang juga mempengaruhi karakter diri anak-anak.

Moment makan bersama ini dijaman sekarang sudah jarang dan "bahkan tidak pernah" dilakukan oleh keluarga-keluarga baik keluarga muda maupun mereka yang sudah lama berkeluarga karena alasan disibukan oleh pekerjaan masing-masing. Namun bila dilakukan makan bersama, kebiasaan orang-orang atau keluarga sekarang ini yakni makan berpisah ada yang dimeja makan dan ada yang makan didepan televisi maupun dikamar.

Cara makan seperti ini membuat orang tua maupun anak-anak tidak lagi bisa berbagi cerita dan orang tua menanamkan nilai yang membangun karakter orang, sehingga jaman ini karakter anak menjadi baerpengaruh dan menuju kepada karakter yang semakin "indivudialis" dan acuh-tak acuh baik terhadap orang tua maupun juga terhadap orang lain.

Oleh sebab itu, keterlibatan orang tua dalam keluarga menjadi faktor penentu pendidikan karakter anak-anak. Kebersamaan saat makan bersama satu keluarga menjadi salah satu cara atau jalan untuk menanamkan nilai kemanusiaan dan karakter bagi anak-anak, seorang anak akan selalu menyimpan dan mengingat apa yang yang ia dengar atau apa yang diajarkan dan dinasehatkan oleh orang tua kepada mereka ketika makan.

Menurut suatu kajian antropologi pangan, rasa atau lidah manusia ternyata lebih lama tersimpan dalam memoti atau ingatan dibandingkan dengan memori yang kita lihat dengan mata maupun telinga, sehingga kebersamaan ketika makan bersama itu disaat orang tua menasehati atau mengajarkan nilai-nilai kehidupan itu pada hakekatnya akan selalu diingat oleh anak-anak sampai mereka berkeluarga atau bahkan sampai mereka mati, hal ini sudah saya sendiri buktikan dengan mengadakan sebuah penelitian disebuah desa.

Kebersamaan yang dibangun dalam "diplomasi" antara anak-anak dan orang tua saat dimeja makan, memberikan suatu efek yang positif bagi perkembangan dan pertumbuhan nilai dan karakter seorang anak. Jadi, mendidik karakter anak bangsa agar menjadi manusia yang berkarakter yakni dengan cara yang sederhana seperti sesering mungkin menyediakan waktu untuk makan bersama dengan keluarga.

Sesibuk apapun pekerjaan orang tua, tetap selalu mengingat kebersamaan bersama keluarga amat lebih penting demi menanamkan nilai dan karakter baik kepada anak-anak dan juga tetap menjaga keharmonisan dalam keluarga. Jaman sekarang orang tua amat dilarang untuk mendidik anak dengan suatu kekerasan.

B ila hal itu terjadi, mereka atau orang tua akan mendapatkan hukuman dan dikenakan pasal undang-undang kekerasan terhadap anak. Saat ini negara sudah memberikan suatu keistimewahan kepada anak-anak dengan membuat peraturan perundang-undangan agar anak mendapat perlindungan dari negara.

Oleh karena itu, jaman sekarang untuk mendidik anak tidak dengan kekerasan, melainkan dengan suatu metode pendekatan yang intensif yakni dengan menemani, mengayomi, mendengarkan, mengarahkan dan memberi teladan bagi mereka. Seperti ada pepatah Latin yakni "Fortiter in re, suaviter in modo", yang berarti kokoh kuat dalam prinsip, luwes dan lembut cara mencapainya.

Dalam arti ini untuk mendidik karakter seorang anak tidak lagi perlu dengan kekerasan melaikan dengan suatu prinsip yang tegas dan luwes serta lembut namun tegas pada prinsip agar anak-anak mampu mengamalkan dalam hidupnya. Yang menjadi pertanyaannya sudahkah kita atau keluarga kita memupuk kembali kebersamaan saat makan bersama?

Bila belum mari kita memulai dari saat ini, ingat karakter anak bangsa amat butuhkan saat ini demi kebersamaan kita bersama. Bagaimana karakter anak bangsa yang diinginkan tergantung sejauh mana keluarga atau kita menanamkan "diplomasi" meja makan kedalam keluarga kita masing-masing.

Bila ada saran, tanggapan, komentar dan kritikan dari pembaca atas tulisan ini. Kirimkan saja melalui email penulis dibawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun