Mohon tunggu...
Wilfridus Handaya
Wilfridus Handaya Mohon Tunggu... Konsultan - tuwuhwutuh.id

Peneliti keamanan siber dan forensika digital

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perang Asimetris di Era Media Baru dan AI

23 Mei 2024   22:41 Diperbarui: 27 Mei 2024   04:26 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks invasi Rusia ke Ukraina, sejumlah peneliti telah mengungkap bentuk-bentuk perang informasi telah dilakukan secara serius oleh Kremlin. Center for Strategic and International Studies (CSIS, 2023) mengungkap peran pembentukan persepsi publik melalui media sosial, dengan cara menyebarkan dan memviralkan suatu informasi dari satu pihak dengan tujuan untuk mempengaruhi opini dan strategi global.

Selain itu, laporan The Digital Forensics Research Lab (2024) menyebutkan bahwa propaganda informasi yang diorkestrasi oleh Rusia dilakukan dengan cara mengoptimalkan berbagai platform media sosial, operasi peretasan (hacking operation), dan menyebarkan dokumen palsu, adalah taktik-taktik untuk melemahkan kemampuan Ukraina. Selain itu, Rusia juga menjalin kerjasama dengan jaringan media di berbagai negara pendukung dalam mengontrol dan menyebarluaskan arus informasi, berita palsu hingga narasi yang menyesatkan.

Operasi siber yang dilakukan secara terstruktur membuat berbagai berita palsu disebar ke berbagai platform media sosial dalam berbagai bentuk mulai dari video, teks hingga berbentuk berita. Secara teknis, Rusia disinyalir membangun berbagai bot yang mendistribusikan informasi-informasi yang telah dimanipulasi itu secara cepat dan massal untuk menjangkau audiens lebih besar dan ke berbagai segmen usia. Narasi-narasi pro-Rusia itu juga dipublikasikan di media tradisional dan situs web yang dikontrol langsung oleh negara, kemudian disebarkan oleh jaringan media yang bekerja sama dengan Rusia.

Jejaring manipulasi informasi juga menyebar pada berbagai portal berbagi video di Youtube yang menayangkan ribuan video propaganda Rusia (Treyger dkk, 2022). Penulis mencoba menelusuri medatada kanal berbagi video melalui aplikasi khusus seperti https://filmot.com dan https://exportcomments.com. Hasilnya, penulis menemukan informasi detail mengenai tanggal, waktu tayang suatu video, hingga jumlah tayang (views). Anomali yang terlihat adalah digunakannya suatu aplikasi untuk mengunggah video dalam jumlah banyak pada satu waktu, serta jumlah views dari setiap video yang mencapai puluhan ribu dalam waktu tayang yang singkat.

Rusia sejak awal menyadari bahwa mengelaborasi kemampuannya dalam perang informasi memiliki dampak lebih besar dengan biaya yang murah, sehingga menjadi suatu keharusan untuk memiliki pemahaman serta kemampuan di area tersebut (Polyakova, 2018). Saat ini, Rusia juga berupaya meningkatkan kapabilitas dalam penguasaan AI-Driven Asymmetric warfare (ADAW), dimana kecerdasan buatan atau artificial intelligence digunakan dalam mendukung kampanye propaganda dan disinformasi sehingga informasi yang salah tersebar lebih cepat dan efektif.

Kombinasi teknologi canggih yang dimiliki tentu pula ditengarai didukung oleh aktivitas kolaborasi antara aktor negara dan non-negara. Rusia diketahui bekerja sama dengan salah satu grup berita di Indonesia, individu atau pemengaruh (influencer) tertentu yang dimungkinkan untuk mempengaruhi serta meningkatkan jangkauan serta dampak dari kampanye propaganda yang dilakukan.

Bahasa yang digunakan pada konten propaganda Rusia, juga ditemukan banyak dibuat dalam Bahasa Indonesia dengan narasi positif untuk memuja individu atau negara tertentu. Setidaknya terdapat tiga strategi agar konten menjadi viral, yaitu visualisasi konten yang tajam misal berupa rekaman perang, menggunakan tagar populer, dan mendistribusikan konten ke berbagai chat group, forum, serta portal berita.

Bentuk strategi yang yang semakin canggih ini dapat mendominasi narasi positif mengenai Rusia di negara-negara target dan sebaliknya mendegradasi negara yang lebih lemah seperti Ukraina. Dampak yang patut dikhawatirkan kemudian adalah munculnya dukungan dari warga lokal atas invasi Rusia karena telah terpapar disinformasi atau manipulasi informasi secara terus-menerus yang akhirnya dapat menggeser atau mengubah opini publik, serta mempengaruhi dukungan politik dari negara-negara target.

Tantangan Bagi Negara Target 

Di era digital dan kemajuan teknologi yang berkembang pesat saat ini, publik yang menjadi target sasaran perang informasi, menghadapi tantangan yang kian kompleks. Di satu sisi, kemajuan teknologi Internet memang memberikan akses informasi serta sarana komunikasi yang lebih cepat dan terbuka. Akan tetapi publik semakin rentan karena peluang terpapar disinformasi dan propaganda jauh lebih besar.

Jika masalah tersebut diabaikan, maka dampak negatif yang ditimbulkan jauh lebih destruktif.  Pemerintah perlu bergerak aktif melibatkan partisipasi aktif dari individu, serta  komunitas, untuk merumuskan upaya-upaya mitigasi dan penanganan yang komprehensif dengan tetap mengedepankan hak-hak asasi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun