Mohon tunggu...
Wild flower
Wild flower Mohon Tunggu... -

Tukang baca yang sedang berusaha merangkai kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Derita Anak Juga Derita Guru Les

24 Juli 2016   09:11 Diperbarui: 24 Juli 2016   09:17 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa dan kenapa ?

Sampai sekarang saya tak habis pikir, kenapa harus menghafal si peta buta. Tuh lihat saja sekarang sudah ada GPS. Kenapa tak buat hal yang menarik untuk dipelajari?

Seperti kota Surabaya, Kota Bandung, atau kota apa saja yang dijadikan subjek mata pelajaran. Kenapa tidak dibuat kelompok anak anak, ber-5, ber-10, mencari bahan dari perpustakaan, google , atau darimana saja. Kasih mereka waktu ,untuk membuat karya tulis. Tak perlu pakai bahasa baku, cukup bahasa anak sehari-hari. 

Kenapa kamu suka Surabaya ? Bandung? dll. Apa yang menarik disana. Kembangkan dengan tari-tarian atau budaya khas daerah setempat. Tempat wisata, tempat ziarah. Makanan khas. kalau perlu tambahakan mitos atau legenda yang ada di deerah tersebut.

Guru bisa menambahkan diakhir tugas, kelebihan daerah itu, dari segi geografisnya, iklim, keadaan tanah, culture, adat daerah setempat , dsb-dsb -dsb.

Dengan mengexplore sendiri, saya rasa daya serap mereka akan lebih baik, ketimbang duduk, hafal dan hafalkan lagi. Sampai kapan ? Dengan menghafal apalagi terpaksa, paling 1 bulan ingat, kemudian 1 bulan kemudia raib si hafal entah kemana.

Saya juga cermati, dalam pelajaran sejarah, guru hanya terpentok pada hafal dan lagi lagi hafal. Dimana dan kapan Pahlawan Diponegoro lahir. Bukan tak penting, tapi hafalan macam itu tak perlu jadi point dan fokus utama, IMO.

Saya sendiri lebih tertarik bila guru fokus pada apa sih yang menyebabkan Diponegoro dikenal sebagai pahlawan besar. Sifat seperti apa yang bisa dipelajari anak anak dari Beliau .

Juga Perang, perjanjian seperti Linggar Jati, Kemunculan dan kejatuhan Kerajaan yang ada di nusantara. Menghafal tanggal dan nama nama , membuat fokus lari. Tapi makna dibalik peristiwa, meski anak lupa pada tanggal dan tempat, tetap akan terpatri. Mengapa kita kalah, apa yang menjadi penyebab. Mengapa kerajaan bisa mengalami kejayaan, apa yang jadi penyebab. Dll, dll ,dll.

Saya sudahi sampai sini, kalau saya lanjut, saya kuatir diangkat jadi asisten menteri pendidikan, hak hak hak.

Thanks kalau sudah sudi membaca lapak saya, semoga biar sedikit , ada manfaat yang bisa diambil dan diterapkan.

Percayalah derita anak, itu pun derita guru lesnya. (suara mantan guru les private).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun