Berbekal satu bentuk yang katanya masih bersisa, yaitu harapan, dia terus melangkah. Harapan itu membuatnya bertahan , melawan asanya yang hampir putus dalam rintangan dan hujatan.
Dewa tertawa, kini hukuman setimpal menanti manusia, karena mereka sudah berani mencuri Api
Para dewa tertawa puas atas keberhasilan rencana mereka, memang ide yang sangat brilian. Menjadikan Pandora sebagai hadiah atas kesalahan mereka. Api di gunung Olympus hanya berhak dinikmati oleh kasta dewa dewi, bagi kasta rendahan bernama manusia bumi, sungguh tak layak kemewahan itu mereka rasakan.
Kotak itu hanyalah kotak biasa saja, tak ada kelebihan apapun, bilapun ada itu hanya pada bahan pembuatnya , emas, batu mulia dan ukiran dari tangan Hefaistos, dewa pandai besi yang dulu juga mengukir wanita cantik yang kemudian diberi nama Pandora istri dari Epimetheus kelak.
Tak ada kejahatan dan ragam angkara murka bisa dipasung dan dikunci dalam kotak , meski kotak itu buatan dewa sekalipun.
Coba saja kau pikirkan, bagaimana caramu menyekap pikiran kotor yang kadang menyeruak tak terbendung, juga saat amarah datang menghantam tanpa bisa kau hentikan, atau coba saja kau kendalikan datangnya kesedihan dan air mata yang sering mengalir tanpa seijinmu.
Manusia hanya memerlukan kambing hitam, untuk melepas semua kejahatan yang terkunci dalam hati mereka. Saat suara sang Dewa menyatakan bahwa Pandoralah penyebab segala bentuk dan ragam kejahatan, mereka terbebas, lepas.
Kejahatan mereka, semua adalah akibat kesalahan Pandora
Cibir mereka semakin riuh. Terlebih saat kejahatan semakin berpesta pora dalam tubuh manusia. Perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, semua itu karena ulah Pandora, yang melanggar perintah dewata. Membuka kotak terlarang yang membuat hidup mereka susah dan menderita.
“Dasar manusia bodoh yang celaka! Betapa gelapnya hati kalian, menyalahkan sebuah kotak, untuk niat dan kejahatan yang memang milik kalian darimulanya!.”
“Kenapa Prometheus begitu perduli pada kalian, sampai mengorbankan diri hanya untuk memberikan api Olympus pada manusia manusia bebal seperti itu ?”