Pengandai andaianku
Andai aku kenal dengan pelaku bom bunuh diri, berkenal akrab dengan keluarga, ayah dan ibu mereka, menjabat mereka dengan senyum hangat penuh persahabatan. Â Meski mungkin Aku Cina dan dia Batak, Meski agamaku Kristen dan dia Islam garis keras, aku kaya dan dia kurang mampu, dsb dsb dsb, apakah dia tetap akan tega membom aku, ditengah memori makan dan bermain bersama, bergandeng tangan bersama membersihkan selokan di depan rumah, memberikan bingkisan kala dia merayakan Idul Fitri, makan dirumahnya dan ikut memanjat pohon dan menimpuki orang dengan biji jambu air yang habis kami makan ? (bisa juga berlaku perumpamaan sebaliknya , maksudku aku yang beragama Islam, dan temanku lah yang Kristen garis keras).
Atau akan tetapkah mereka membomku atas nama "kepercayaan ?"
Entah akupun tak tahu,  setidak tahu aku apakah mereka juga  korban dari sebuah sistem yang tak mampu membawa mereka pada tatanan yang benar. Hanya ku pasti tahu, korban atau bukan korban, Pembunuhan terhadap diri dan sesama bukanlah jalan yang direstui oleh nurani, apapun agama dan pandangannya, apapun jalan kepercayaannya. Terror hanyalah milik orang yang buta hati, akal dan nurani. Itu saja.
Sedang pesan pesan lain sebagai pembungkus dan pemanis kata dibalik Ideologi "Bom Bunuh Diri" hanya egoisme yang terselubung. Dari gilanya akan kekuasaan  atas pengakuan dan pemaksaan hanyalah cara dari orang IDEOT yang memaksakan suatu ideloginya saja.
Bagi penganut keras beraliran Terror, dasar Pengecut kamu yang bersembunyi atas nama dan kepentingan apapun. Pada jiwa kerdil, buta , kejam , egois, serakah, jahat, nafsu iblis berbalut tubuh manusia, sampai berapa banyak korban darah yang ingin kau renggut baru jiwamu terpuaskan ?!
Atas nama Ideologi dan kepercayaanmu yang Kejam dan tak ada peri kemanusiaan, sampai kapan kamu bersorak diatas terror untuk menakuti nakuti kami, dalam jiwa pengecutmu yang tak berani berperang lewat jalur diplomasi, jalur debat, jalur hukum, jalur perang intelektual, untuk mencari jawab dan solusi. Sesungguh sungguhnya kamu adalah orang yang kalah selagi berperang, karena perangmu adalah perang atas kebodohan yang kau suarakan hanya lewat darah dan kekerasan saja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H