Idealisme yang diracik dalam bentuk kebenaran mutlak yang tak memberi ruang sisa bagi yang tak sepaham ?
Pemaksaan bentuk agar terbebas dari keragaman ?Â
Korban sakit hati dari penindasan suatu "Ras" atau "bentang budaya" yang dilihat merajai dengan paksa, sedang penundukan dengan  pedang hanyalah kulit luar bernama ketakutan, dan ketakutan tak pernah berujung kesetiaan.Â
Ketakutan dan penindasan yang dilakukan terus menerus, akan memperanak dendam yang siap meletus bila terusik dan terhasut.
Sebut saja perbedaan ideologi, meski dengan cara yang masih dirasa wajar, meski mengeluarkan kata yang kadang kurang ajar, sesama warga DKI pun tak segan berkusut kusut, dengan membela atau menyalahkan AHOK. Memang tak ada bom bunuh diri disana, hanya kata makian yang kadang menjurus pada SARA, yang membawa etnis serta agama.
Bagi pembaca biasa, kata kata itu hanya sekedar bumbu penyedap kehidupan, meski sedikit beracun, tapi tetap saja terasa nikmat, paling kepala botak atau sedikit darah tinggi bila kata kata meninggi di penghujung debat yang tak diketahui siapa menang atau siapa kalah.
Sedang bagi si Pendendam atau Si pendek akal, kata kata itu bisa membuat benci semakin menyulut.  Tak usah bermanis kata, meski seharusnya kata itu manis adanya. Berapa banyak dari kita merasa kitalah yang terhebat, bukan mereka. Jawa VS Sunda, Pribumi VS China, Islam VS Kristen, Islam Moderat VS Fundamental, Kristen VS Khatolik, Hindu Wisnu VS Hindu Shiva, Budha Mahayana VS Hinayana, Agamais VS Non Agamais, Kaya VS Miskin, Buruh VS pengusaha, Negara VS rakyat,  Parpol VS Independen, dan masih banyak VS VS lain, yang  lagi lagi bagi yang berakal sehat itu memperkaya wawasan , namun tidak bagi yang berakal sempit, itu bisa jadi bahan debat tak habis habis atau bahan yang mungkin bisa menyulut perang dari perang mulut sampai perang senjata.
Dimana letak kesalahan dan akar masalahnya ?
1. Sifat Fanatik berlebihan pada SARA
2. Sifat membeo yang tak berkesudahan
3. Sifat menerima tanpa mau memaknai dan mencari arti