Mohon tunggu...
Wildatul Muawanah
Wildatul Muawanah Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis

Indahnya berbagi perspektif melalui beragam cara, selain menyampaikan kita juga perlu berani menyuarakan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bekerja Tidak Harus Bahagia

9 Januari 2024   22:21 Diperbarui: 10 Januari 2024   08:19 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustasi oleh Wildatul Muawanah

Dunia kerja terlalu sempit jika hanya seputar gaji dan aktivitas yang dilakukannya setiap hari. Lebih dari itu, bekerja tidak hanya tentang upaya melangsungkan hidup. 

Banyak hal yang akan ditemukan dalam dunia kerja, seperti menemukan teman rasa keluarga, atasan rasa orang tua, atau justru semua itu hanya ada dalam cerita saja.

Sudah bukan hal baru jika pekerja memiliki rasa jenuh, apalagi memang tidak semua orang bisa mencintai pekerjaannya, maka tidak heran jika mereka baru sampai tempat kerja lalu ingin segera pulang. 

Bagi mereka yang merasa lelahnya dilipatgandakan saat awal pekan, dan merasa selalu ingin malam mingguan dan liburan, yakinlah mereka adalah bagian dari orang-orang yang sudah berusaha bertahan mati-matian.

Dunia kerja tidak selamanya menyenangkan, bahkan rekan terdekat saja bisa menjadi saingan. Tidak usah jauh melayangkan pertanyaan apakah pekerjaan sudah sesuai impian? 

Untuk mereka yang merasa tidak punya pilihan, bekerja saja sudah menjadi cukup, apalagi jika perbandingannya pengangguran, cukup untuk makan saja itu sudah "cukup".

Berbeda dengan mereka yang selalu ingin berusaha survive, mencari cara untuk selalu berbuat lebih, menemukan berbagai peluang untuk selalu berdaya adalah bagian dari upaya perbaikan. 

Mengenai passion, betapa banyak orang yang bekerja masih tidak sesuai dengan passionnya. Passion yang membedakan antara karya dan performa. Passion yang berbicara soal rasa, menjadi pembeda pada mereka yang menjalankan setiap harinya.

Perjuangan jelas berbeda antar kepala, ada yang berangkat pagi pulang petang, ada yang harus pergi berbulan-bulan, ada yang terkena debu jalanan, ada yang perlu berjam-jam untuk mencapai tempat kerja, ada yang duduk sembari menunggu pelanggan, ada juga yang terdiam melototi layar, ada berbagai bentuk tekanan. 

Menjadi pekerja selalu menyimpan sisi sulit dan tidak menyenangkan, seperti memiliki atasan yang bisa menuntut sesukanya, memberi pembeda antar satu dengan yang lainnya, menjadikan tim layaknya kawan meski ada perang dingin yang tak berkesudahan. 

Belum lagi ditekan target yang perlu dicapai, perlu lekas selesai agar bisa pulang, bertemu keluarga yang hampir tak memiliki ruang untuk sekedar merajut kebersamaan.

Bahkan tuntutan menjadi profesional adalah perjuangan yang semestinya dalam pekerjaan. Kita mungkin sering mendengar profesional adalah mereka yang selalu konsisten melakukan pekerjaan dengan sepenuhnya, tapi ternyata menjadi seseorang yang setiap hari mengeluh karena kelelahan tapi tetap memilih bekerja adalah mereka yang sebenar-benarnya mengusahakan menjadi profesional dengan semestinya.

Mungkin beberapa dari kita akan merasa menjadi korban apabila bekerja di lingkungan yang tidak suportif atau saling menjatuhkan, akhirnya bekerja dianggap sebagai beban, akan berbeda dengan mereka yang merasa mendapatkan rumah kedua di tempat kerja.

Bekerja harusnya berdaya dan menghasilkan karya, bukan justru mencari kesibukan asal tidak pengangguran.

Sebagian orang memilih bekerja sesuai apa yang mereka inginkan, meski terkadang dibayar tidak seberapa. Ada pula yang bayarannya tinggi, namun tidak enjoy dalam melakukan setiap prosesnya. Bagi beberapa orang hidup adalah bentuk perjuangan. Bagaimana hasil terkadang tidak sesuai dengan proses yang direncakan.

 Memilih pekerjaan juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berusaha selalu menikmati setiap detik apa yang dilakukan dalam pekerjaan, adalah bagian dari proses pendewasaan. 

Meski beberapa dari kita akan merasakan titik jenuh yang selalu menjadi hambatan, tapi beberapa orang akan tersadar bahwa resign kadang bukan menjadi satu-satunya pilihan. 

Dan perlu selalu bertanya untuk siapa saja kita terus bertahan, ada keluarga yang perlu kita penuhi kebutuhannya, ada cita-cita yang perlu kita capai, ada cinta yang harus terus kita pupuk dalam bekerja. 

Tidak perlu terlalu memaksa, kadang memang hidup tidak selalu tentang kebahagiaan kita, tapi kebahagiaan orang lain karena kita, itu adalah sebaik-baiknya pilihan untuk menjadi manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun