kaum Sarungan
yang mendedikasikan hidupnya di sebuah ruang lingkup yang sakral
dengan siklus hidup yang terbayang oleh sebelah mata
di mulainya dari membuka mata sebelum langit menjadi hangat
lantunan kalimat sucinya yang membangunkan embun di sepertiga malam
tarian-tarian tasbih yang menunggu malaikat menemaninya
tangan-tangan mengambang setara dengan dada
tetesan air mata yang berderai dengan ikhlas
demi menyimpan pengharapan yang abadi
dari dia yang memang tempat menyimpan harpan dan impianÂ
harapan yang dia ingin pun begitu muliaÂ
hanya berharap agar sesama saudaranya baik-baik saja
karena ia yakin bahwa sang pemberi kenikmatanÂ
tak akan tega melihat sang pemujanyaÂ
yang biasa membuatnya tersenyum dengan memuji dan meminta pengampunan kepadanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H