Mohon tunggu...
Wildan Ramadhani
Wildan Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya sangat suka sekali mendengarkan musik, membuat design seperti majalah digital ataupun brosur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kisah Pilu Muchtar Pengamen Boneka di Siluet Lampu Merah

16 Januari 2024   22:04 Diperbarui: 17 Januari 2024   07:40 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar:Wildan Ramadhani, 15/01/2024

Bandung - Di sudut jalanan yang ramai, terdapat boneka  tali bergoyang mengikuti alunan musik yang menemani pengendara saat menunggu lampu merah, dimainkan oleh seseorang dengan topi koboy yaitu Muchtar (68) orang di balik penggerak boneka tersebut di Simpang Dago, Bandung, Senin (15/01/2024). Pak muchtar memiliki  satu istri dan lima anak. Beliau berasal dari Cikamuning Sadang Ciburuy. Pak Muchtar memulai profesi sebagai pengamen boneka ini sejak 2011 di Kota Tua Jakarta.

"Saya memulai usaha menjadi pengamen boneka ini sejak 2011, awalnya  di Kota Tua Jakarta tahun 2011-2016. Tahun itu saya belum di Bandung kemudian pindah ke Bandung tahun 2017 sampe sekarang." Simpang Dago, Bandung (15/01/2024)

Sudah 14 tahun Muchtar menekuni profesi ini sebagai pengamen boneka. Dia mengais rezeki dari pemberian para pengendara di lampu merah Simpang Dago. Sebelumnya Muchtar sempat menjadi pedagang asongan dan juga pengamen bus di Jakarta.

 sumber gambar: Wildan Ramadhani
 sumber gambar: Wildan Ramadhani

"Penghasilan sehari nggak nentu, kalo lagi hujan cuman bisa dapet 50k tapi kalo lagi cerah bisa 100k-150k. Dulu saya kalo ngamen ditemani sama almarhum istri saya Sri Hastuti (59). "

"Saya sempat membuat boneka untuk di jual di tahun 2016, kemudian tertunda selama 2 tahun karena istri saya sakit stroke dan tertunda oleh modal juga."

Anak-anak pak Muchtar bernama Bunga Prihastuti dan juga M. Fajar Nur Hidayatuloh dengan sabar mengurus sang ibunda tercinta yang mengalami sakit stroke. Fajar dengan pekerjaan sebagai dekorasi terkadang membantu perekonomian keluarga ketika sedang sulit. Ketika sang ibunda ingin ke kamar mandi Fajar selalu menggendongnya karena pak Muchtar yang sudah tidak kuat mengangkat sang istri.

Terkadang bunga ketika di sekolah mengalami cacian dari temannya karena keluarganya yang kurang mampu yang menjadikan Bunga minder karena cacian temannya yang menjadikan dia kurang bisa bergaul dengan teman sebayanya di sekolah.

Uang hasil dari pertunjukkan boneka  pak Muchtar ini harus ia bagi untuk keperluan sewa kontrakan dengan harga RP. 300.000- perbulan. Belum juga membagi untuk biaya keluarga. Ada suatu momen pak Muchtar ini tidak cukup. Mau tidak mau pak Muchtar harus berhutang demi mencukupi kehidupannya. Kontrakan yang pak Muchtar tinggali berada di belakang pasar simpang dago, Gg. Masjid Taufiqul Islam, Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa barat.

sumber gambar:DetikNews
sumber gambar:DetikNews

Muchtar, seorang seniman jalanan, dulunya mengamen dengan boneka untuk membiayai pengobatan istrinya yang mengalami gejala stroke. Bahkan, dengan menggunakan kursi roda tuanya, sang istri selalu setia menemani pria tersebut. Namun, takdir berkata lain, sang istri telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa tahun 2020 di usia 60 tahun. Kemudian Pak Muchtar menikah kembali dengan Yati Yasiah (50) yang bertempat tinggal di padalarang bersama anak-anaknya 

"Pernah ada satu momen orang bicara pada saya ngapain  bawa istri yang sakit untuk menemani pertujukkan boneka kasian, padahal kalo dirumah gaada yang menunggui, anak-anak saya udah sekolah dan bekerja." 

Kini, Muchtar mengamen sendiri, hanya ditemani oleh boneka setia yang selalu ia mainkan.

"Saya tinggal di Bandung sekarang sendiri, istri saya di padalarang namanya Yati Yasiah (50) sama anak-anak saya yang masih kecil. anak yang udah pada dewasa rata-rata udah nikah dan punya rumah sendiri."

Setiap hari, Muchtar memainkan boneka dengan diiringi musik ini pukul 08.00 WIB pagi hingga 16.00 WIB sore. Tanpa lelah Muchtar mengamen di sudut jalan yang ramai, membawa boneka kesayangannya menjadi peneman setia. Sinar matahari yang hangat memantulkan keceriaan di wajahnya, meskipun hatinya masih dirundung duka atas kepergian sang istri tercinta. Suara melodi yang ditiup angin seakan menjadi curahan hati yang penuh keikhlasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun