Mohon tunggu...
Wildan Nanda Wicaksana
Wildan Nanda Wicaksana Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai dunia balap

Menulis merupakan hak bagi setiap manusia

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Peugeot 206 WRC, Sang Singa yang Bangkit dari Tidurnya Setelah 12 Tahun Terlelap

13 April 2024   06:36 Diperbarui: 13 April 2024   06:43 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peugeot 206 WRC di reli San Remo 1999, Foto: Michal Szymanski

Mulai musim 2000, girboks sekuensial 206 WRC dioperasikan melalui tuas kecil yang dipasang di setir, sama seperti dalam Subaru Impreza WRC. Pada pertengahan musim 2001, kemajuan yang dibuat dalam sistem manajemen mesin elektronik sangat signifikan sehingga, bersama dengan turbocharger baru yang lebih kecil, torsi yang dapat digunakan tersedia melalui rentang putaran mesin yang sangat luas. Karena ketersediaan torsi mesin yang ditingkatkan, Peugeot adalah produsen pertama yang mulai menggunakan girboks lima kercepatan daripada yang lebih klasik enam kercepatan. Keandalan ditingkatkan karena girboks lima kercepatan dapat menggunakan gigi yang lebih besar dan lebih kuat sementara panas dapat dipertahankan pada tingkat yang wajar.

Secara keseluruhan, Peugeot menggunakan pendekatan yang sangat bijak dan konservatif untuk melakukan comeback WRC mereka. Mereka menghabiskan 4 tahun untuk merestrukturisasi tim, mengenal pembalap, insinyur, dan manajer mereka saat mereka bekerja pada kit mobil 306 Maxi. Perusahaan ini sekarang memiliki tim yang sangat mampu dan mobil mereka sudah membuktikan potensi kemenangannya.

Mobil 206 WRC mencetak kemenangan pertamanya pada 5 Februari 2000 di reli  Portugal yang dikendarai oleh Adruzilo Lopes. Mobil tersebut memenangkan kemenangan WRC pertamanya dalam reli Swedia 2000 yang dikendarai oleh Marcus Grnholm. Itu memenangkan gelar pabrikan WRC pada musim yang sama.

Pada tahun 2001, Grnholm berkompetisi bersama dua pembalap yang keluar dari tim SEAT dari kejuaraan pada akhir 2000 yaitu sama-sama berasal dari Finlandia, Harri Rovanper dan juara dunia 1994 asal Prancis, Didier Auriol. Rovanper dan Auriol masing-masing memberikan satu kemenangan, di reli Swedia dan reli Catalunya secara berturut-turut  sebelum Auriol meninggalkan tim pada akhir musim. 

Sementara itu, Grnholm mengalami masalah keandalan yang cukup parah pada paruh pertama tahun tersebut sehingga dia hanya bisa menempati posisi keempat secara keseluruhan dalam seri meskipun Peugeot berhasil menahan serangan Ford dengan hasil 1-2 oleh kedua pembalap Finlandia itu pada reli Britania Raya penutup musim untuk mempertahankan gelar juara dunia pabrikan.

Peugeot 206 WRC di reli Acropolis 2003, Foto: Nickgleris
Peugeot 206 WRC di reli Acropolis 2003, Foto: Nickgleris
Pada tahun 2002, meskipun sekarang dipasangkan dengan juara bertahan 2001 dari Subaru, Briton Richard Burns Grnholm memimpin Peugeot untuk mengulangi gelar ganda WRC di atas 206 WRC-nya. Dominasinya tahun itu sering dibandingkan dengan dominasi Michael Schumacher di Formula Satu. Secara ringkas, Peugeot memenangkan dua gelar juara pembalap, pada tahun 2000 dan 2002, dan tiga gelar juara pabrikan berturut-turut antara tahun 2000 dan 2002. Namun, pada tahun 2003, 206 WRC mulai menunjukkan tanda-tanda usianya yang sudah uzur dan kurang efektif melawan kompetitornya terutama Citron Xsara WRC yang lebih baru dan Subaru Impreza WRC sehingga mobil itu pensiun dari kompetisi pada akhir musim, digantikan dengan 307 WRC, meskipun, tidak seperti pendahulunya yang berbasis bukan pada versi hatchback produksi tetapi berbasis pada bodi coup cabrioletnya.

Dengan pensiunnya mobil ini maka menandakan berakhirnya kejayaan dari tim berlambang singa ini karena penerusnya, Peugeot 307 WRC tidak terlalu sukses ketimbang pendahulunya. Dengan hadirnya Peugeot 206 WRC setelah mereka mundur dari ajang reli dunia tersebut menandakan mereka masih memiliki kekuatan untuk bersaing dengan rivalnya meskipun terakhir mereka bersaing di reli 12 tahun silam tepatnya saat era grup B yang mana iklim persaingannya telah berubah. selain itu 206 WRC juga menjadi penerus yang hebat bahkan lebih sukses daripada pendahulunya, Peugeot 205 turbo 16 yang berada di grup B.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun