Peugeot 206 WRC adalah mobil reli dunia berbasis Peugeot 206 dan digunakan oleh Peugeot Sport, tim pabrik Peugeot di World Rally Championship dari tahun 1999 hingga 2003.Â
Mobil ini membawa Peugeot meraih gelar juara dunia pabrikan selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2000 hingga 2002 serta membawa pembalap mereka, Marcus Grnholm memenangkan gelar juara pembalap pada tahun 2000 dan 2002.
Peugeot akhirnya kembali dalam perburuan gelar WRC dengan mobil yang memiliki peluang nyata untuk menang, yaitu 206 WRC. Setelah dominasi total di dunia WRC antara tahun 1984 dan 1986 dengan Peugeot Grup B 205 turbo 16 dan absen selama 12 tahun dari dunia reli, perusahaan mobil asal Prancis ini memutuskan untuk membuat comeback yang menakjubkan.Â
Peugeot 205 turbo 16 telah memenangkan 2 gelar WRC (1985 dan 1986) dan mencetak total 21 kemenangan WRC dengan pembalap seperti Juha Kankkunen, Ari Vatanen, dan Timo Salonen.
Peugeot sangat aktif, sejak 1995 yang mendahului comeback mereka dengan mengembangkan mobil kit kelas 2 liter roda depan 306 yang berhasil bersaing di kejuaraan Eropa yang mana mobil ini telah memenangkan dua gelar kejuaraan Prancis pada tahun 1996 dan 1997).Â
Versi 306 Maxi bahkan telah ikut serta dalam balapan WRC berbasis aspal di Corsica, Catalunya, Monte Carlo, dan San Remo dengan kesuksesan besar yang mengancam banyak mobil kelas WRC.Â
Semua ini untuk mengatakan bahwa absennya Peugeot selama 12 tahun dari Reli Dunia bukanlah periode tidak aktif. Sebagian besar anggota tim dan staf teknis 205 turbo 16 masih bersama Peugeot. Tidak mengherankan bahwa orang yang bertanggung jawab atas proyek 206 WRC, Jean Pierre Nicolas yang pernah mengemudikan 205 T16. Anggota lain dari manajemen proyek di Peugeot Sport adalah Franois Xavier Delfosse, pemimpin proyek, Michel Nadan, kepala insinyur dan mantan insinyur Toyota Team Europe, dan Xavier Carlotti.
Pada tahun 1999, Peugeot Sport memperkenalkan 206 WRC, dan berkompetisi untuk pertama kalinya dalam World Rally Championship tahun itu, dengan pereli veteran spesialis jalanan beraspal asal Prancis  Gilles Panizzi yang hampir gagal melawan juara bertahan yang bangkit kembali di Mitsubishi, Tommi Mkinen untuk memenangkan reli San Remo.
Seperti kebanyakan mobil kelas WRC, Peugeot 206 WRC didasarkan pada model produksi massal yang besar. Namun, semua kemiripan dan kesamaan berhenti di sini.Â
Terlepas dari apa yang dikatakan oleh Peugeot atau siapapun, 206 WRC tidak memiliki bagian yang sama dengan model produksi yang sesuai kecuali lampu dan gagang pintu dan bahkan bagian-bagian tersebut mungkin telah dimodifikasi.
Regulasi FIA memungkinkan modifikasi ekstensif pada mobil kelas WRC yang membuat mereka sangat berbeda dari model dasar. Dalam kasus 206 WRC, mobil sekarang menggunakan transmisi 4 roda penuh waktu, mesinnya diberi turbo dan tidak memiliki persamaan yang ada di showroom Peugeot.Â
Berbeda dengan masa lalu pada zaman Grup B ketika Peugeot mengejutkan semua produsen lain dengan menggabungkan ide terbaik masing-masing menjadi satu mobil, 205 T16 yang menggunakan 4WD dan turbo dari Audi, rangka tengah-mesin dari Lancia, turbo charging dari Renault dan lain-lain yang membuat mobil yang sungguh-sungguh unggul, saat ini yang membedakan mobil kelas WRC adalah seberapa rumit elektronika di dalamnya. Sistem elektronik onboard mencakup manajemen mesin, penguncian diferensial, manajemen suspensi. Itulah rahasia dari mobil kelas WRC yang sukses. Di bidang ini, baik data yang diungkapkan oleh Peugeot maupun kinerja mobil selama musim 1999 sangat memberi harapan bagi masa depan 206 WRC.
Moobil ini memiliki penampilan yang memukau dan jauh lebih cantik dari pesaing WRC lainnya. Bodinya dirancang oleh Gerard Welter dan Murat Gunak seorang mantan perancang Mercedes Benz. Arsitektur 206 WRC lebih berpihak pada fleksibilitas daripada stabilitas.Â
Meskipun panjang sumbu roda mobil sudah mencukupi yaitu pada 2468 mm, namun tidak termasuk yang terbesar di WRC. Hanya mobil Seat Cordoba WRC yang memiliki panjang sumbu roda lebih kecil (2443mm). Semua pesaing WRC lainnya menampilkan panjang sumbu roda di atas 2500mm.
Susunan dan implementasi transmisi awalnya didasarkan pada diferensial yang dikendalikan secara hidro-elektronik secara sentral sementara yang depan dan belakang menggunakan jenis pengunci mekanis. Mulai dari reli San Remo 1999, diferensial mekanis depan digantikan oleh diferensial yang dikendalikan secara hidro-elektronik.Â
Itu berarti 206 WRC menggunakan susunan diferensial yang mirip dengan yang ditemukan di mobil Toyota Corolla WRC yang berhenti diproduksi pada akhir 1999 dan akibatnya pengembangannya dihentikan. Ford dalam mobil Focus WRC, Subaru dalam Impreza WRC terbaru, dan Mitsubishi dalam Lancer Evolution VI, hanya sejak reli San Remo 1999 untuk yang terakhir, menggunakan diferensial yang dikendalikan secara hidro-elektronik di seluruhnya.Â
Peugeot dapat diandalkan ketika menyangkut diferensial yang dikendalikan secara elektronik. Perusahaan ini sudah membuktikan bahwa mereka menguasai penggerak roda dua di mobil kit 306 Maxi yang sudah menggunakan diferensial yang dikelola secara elektronik.Â
Banyak dari pengalaman ini bermanfaat untuk pengembangan 206 WRC meskipun tidak secara langsung dapat diterapkan. Dalam mobil kit 306 Maxi, ketika terdeteksi adanya roda berputar, manajemen mesin akan menghentikan pengapian pada 1, 2, atau bahkan 3 silinder sampai roda berhenti berputar.Â
Mekanisme serupa tidak akan memadai untuk mobil penggerak empat roda di mana manajemen diferensial jauh lebih kompleks dan traksi selalu lebih unggul dibandingkan dengan mobil penggerak dua roda. Peugeot, seperti kebanyakan produsen mobil WRC lainnya, menggunakan diferensial hidro-elektronik di 206 WRC yang memiliki dampak yang lebih kecil pada output mesin ketika roda berputar, sehingga mengurangi kehilangan daya tetapi bertindak secara langsung pada poros yang berputar dan, secara progresif menguncinya, hingga distribusi torsi menjadi ideal.
Perlu dicatat bahwa Peugeot 206 WRC meluncur jauh lebih sedikit di sekitar tikungan dibandingkan dengan pesaing WRC lainnya dan, karenanya, kurang mengesankan untuk ditonton tetapi jauh lebih efisien dan cepat daripada mobil lain yang dikendarai dengan koreksi lintasan konstan. Perilaku ini disebabkan oleh perhatian ekstrim yang diberikan dalam desain suspensi dan sistem penggerak mobil ini dan selain menjaga ban, telah membuat 206 WRC sangat sulit untuk dikalahkan di segala jenis permukaan.
Pada Peugeot, girboks yang diproduksi oleh spesialis Inggris X-Trac dipasang secara longitudinal di bagian belakang mesin, dalam posisi yang hampir tengah meskipun mesin mobil dipasang secara transversal di bagian depan. Ini adalah arsitektur mekanik yang mengejutkan yang jarang diterapkan sebelumnya dan saat ini hanya ditemukan pada Ford Focus WRC. Keuntungan dari implementasi ini adalah distribusi massa yang lebih baik, inersia yang lebih rendah pada poros depan, akses mudah ke girboks yang biasanya salah satu suspensi depan harus dilepas untuk memberikan akses ke girboks yang dipasang secara transversal, transfer torsi langsung ke differential tengah dan poros belakang dan kemungkinan untuk menggunakan girboks dan gigi yang lebih besar dan lebih kuat karena ada lebih banyak ruang yang tersedia untuk implementasinya.
Namun secara mekanik, memasang girboks secara longitudinal ketika mesin dipasang secara transversal sangat kompleks dan dapat menyebabkan kegagalan mekanik. Berbagai masalah transmisi yang dialami mobil 206 WRC selama musim 1999 menjadi saksi upaya perusahaan untuk membuat setup lebih dapat diandalkan.Â
Mulai musim 2000, girboks sekuensial 206 WRC dioperasikan melalui tuas kecil yang dipasang di setir, sama seperti dalam Subaru Impreza WRC. Pada pertengahan musim 2001, kemajuan yang dibuat dalam sistem manajemen mesin elektronik sangat signifikan sehingga, bersama dengan turbocharger baru yang lebih kecil, torsi yang dapat digunakan tersedia melalui rentang putaran mesin yang sangat luas. Karena ketersediaan torsi mesin yang ditingkatkan, Peugeot adalah produsen pertama yang mulai menggunakan girboks lima kercepatan daripada yang lebih klasik enam kercepatan. Keandalan ditingkatkan karena girboks lima kercepatan dapat menggunakan gigi yang lebih besar dan lebih kuat sementara panas dapat dipertahankan pada tingkat yang wajar.
Secara keseluruhan, Peugeot menggunakan pendekatan yang sangat bijak dan konservatif untuk melakukan comeback WRC mereka. Mereka menghabiskan 4 tahun untuk merestrukturisasi tim, mengenal pembalap, insinyur, dan manajer mereka saat mereka bekerja pada kit mobil 306 Maxi. Perusahaan ini sekarang memiliki tim yang sangat mampu dan mobil mereka sudah membuktikan potensi kemenangannya.
Mobil 206 WRC mencetak kemenangan pertamanya pada 5 Februari 2000 di reli  Portugal yang dikendarai oleh Adruzilo Lopes. Mobil tersebut memenangkan kemenangan WRC pertamanya dalam reli Swedia 2000 yang dikendarai oleh Marcus Grnholm. Itu memenangkan gelar pabrikan WRC pada musim yang sama.
Pada tahun 2001, Grnholm berkompetisi bersama dua pembalap yang keluar dari tim SEAT dari kejuaraan pada akhir 2000 yaitu sama-sama berasal dari Finlandia, Harri Rovanper dan juara dunia 1994 asal Prancis, Didier Auriol. Rovanper dan Auriol masing-masing memberikan satu kemenangan, di reli Swedia dan reli Catalunya secara berturut-turut  sebelum Auriol meninggalkan tim pada akhir musim.Â
Sementara itu, Grnholm mengalami masalah keandalan yang cukup parah pada paruh pertama tahun tersebut sehingga dia hanya bisa menempati posisi keempat secara keseluruhan dalam seri meskipun Peugeot berhasil menahan serangan Ford dengan hasil 1-2 oleh kedua pembalap Finlandia itu pada reli Britania Raya penutup musim untuk mempertahankan gelar juara dunia pabrikan.
Pada tahun 2002, meskipun sekarang dipasangkan dengan juara bertahan 2001 dari Subaru, Briton Richard Burns Grnholm memimpin Peugeot untuk mengulangi gelar ganda WRC di atas 206 WRC-nya. Dominasinya tahun itu sering dibandingkan dengan dominasi Michael Schumacher di Formula Satu. Secara ringkas, Peugeot memenangkan dua gelar juara pembalap, pada tahun 2000 dan 2002, dan tiga gelar juara pabrikan berturut-turut antara tahun 2000 dan 2002. Namun, pada tahun 2003, 206 WRC mulai menunjukkan tanda-tanda usianya yang sudah uzur dan kurang efektif melawan kompetitornya terutama Citron Xsara WRC yang lebih baru dan Subaru Impreza WRC sehingga mobil itu pensiun dari kompetisi pada akhir musim, digantikan dengan 307 WRC, meskipun, tidak seperti pendahulunya yang berbasis bukan pada versi hatchback produksi tetapi berbasis pada bodi coup cabrioletnya.
Dengan pensiunnya mobil ini maka menandakan berakhirnya kejayaan dari tim berlambang singa ini karena penerusnya, Peugeot 307 WRC tidak terlalu sukses ketimbang pendahulunya. Dengan hadirnya Peugeot 206 WRC setelah mereka mundur dari ajang reli dunia tersebut menandakan mereka masih memiliki kekuatan untuk bersaing dengan rivalnya meskipun terakhir mereka bersaing di reli 12 tahun silam tepatnya saat era grup B yang mana iklim persaingannya telah berubah. selain itu 206 WRC juga menjadi penerus yang hebat bahkan lebih sukses daripada pendahulunya, Peugeot 205 turbo 16 yang berada di grup B.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H